Jumat, 02 Mei 2014

Secangkir Rindu (Part 6)


SECANGKIR RINDU UNTUK DIGA

*KARIN – KARINA
(part 6)


Aku terdiam seribu bahasa setelah om farid memperkenalkan seorang wanita kepada diga malam ini. Tepat makan malam bersama keluarga besar kita. Aku tadinya hanya mengira dia adalah salah satu saudara jauhku. Wajahnya cantik dan kelihatan dewasa, senyumannya manis. Dengan sumringah mom and dad menyambutnya, apalagi tante dan om farid.

“jadi gimana diga? Pilihan papah? Kau ini sudah dewasa begitu tidak pernah punya pacar? Sudah papah kirim kau ke Jakarta, apa tidak ada satupun perempuan yang suka dengan kau, hah?” (tertawa terbahak)

“iya kau ini diga, tante juga nggak pernah lihat kamu sama cewek selain sama gina ya?” mom berkomentar

“hahaha, atau mungkin kau juga pilih-pilih ya? Seperti papahmu dulu juga begitu diga, hahaha”

Aku hampir menangis. Tanganku dingin, kakiku lebih dingin lagi. Diga yang duduk tepat di sampingku tidak berkomentar apa-apa. Hanya saja dia tidak melanjutkan makan malamnya. Dia hanya bengong melihat tingkah laku orang tuanya. Sesekali aku melirik ke arah wanita yang sedari di bangga-banggakan om farid. Namanya KARIN. KARINA FRASTIKA. Yang katanya punya banyak bakat. Dia bisa bermain piano, berenang dengan banyak gaya, dia juga seorang penulis muda.

“bagaimana menurut kamu gin? Pilihan om farid?” Tanya mom kepadaku

“hah?” kataku kaget

“iya, kau lihatlah Karin, dia ini cantik sekali. Kau sangat kalah gina” tambah dad dengan tawanya

Aku masih terdiam, kali ini aku benar-benar memelototi wanita itu dengan tatapan sedetail mungkin. Aku tidak terima dad sampai bilang aku kalah cantik darinya. Sudah cukup om dan mom yang sedari tadi banggain dia. Sekarang dad juga ikut-ikutan.

“ayolah gina, bagaimana pendapat kamu?”

“iya Karin cantik” kataku akhirnya

Diga langsung melirik ke arahku. Ada tatapan aneh di matanya. Aku tidak tahu apa artinya itu. Aku mengambil sendokku kembali dan melanjutkan makan malamku dengan cepat dan lahap.

“gina?nanti kamu tambah gendut! Jangan makan banyak-banyak”

“apa mom? Gina gendut?”

“lihat tuh karina, badannya bagus langsing”

Aku menelan lagi makananku, kini lebih banyak. Aku mengambil ayam goreng bagian dada terbesar dan beberapa kentang goreng.

_____________________________________________

Aku berjalan lemas menuju kamarku. Tadinya aku ingin sekali menangis, tapi entah kenapa aku jadi kesal dengan semua orang disini. Aku benci mom and dad! Apalagi diga yang hanya terdiam sejuta bahasa. Dan sekarang? Bayangin! Tuh mereka berdua lagi ngobrol di taman. Aku ingin cepat-cepat tidur dan aku harap semua ini hanyalah fiktif belaka atau bisa di sebut MIMPI.

Tiba-tiba ringtone handphoneku berbunyi. Aku harap itu pesan singkat dari diga.

“gin..”

“apa”

“turun dong temenin aku..”

“nggak mau”

“kenapa? Tolongin aku dong gin…”

“udah sono pacaran aja!”

“pacaran gimana?”

“tuh sama si kirin eh Karin!”

“gin…jangan kaya anak kecil gini dong..”

“siapa yang kaya anak kecil?!”

“Tuhanku”

“Tuhan tuh di atas! Bukan di sms!”

“ih galak banget….”

“pacaran kok smsan!”

“gina……….”

“apa sih manggil-manggil terus!”

“aku kangen kamu”

Sialan. Diga benar-benar membuat gila. Aku tidak bisa lagi membalasnya dengan omelan. Aku langsung menuruni tangga dan menghampiri diga yang memasang muka bego di depan Karin.

“kenalin, gue gina” kataku sambil tersenyum dan mengulurkan tangan

“Karin.. iya anaknya om david ya?”

“iya..” (udah tau nanya!)

“kamu keliatannya akrab banget sama diga.. daritadi diga ceritanya tentang kamu terus” katanya sambil tersenyum

“iya dong, kita tuh emang deket banget dari kecil, bahkan dari bayi!”

“hmm.. gitu..”

“e.ee, aku ke belakang dulu yah” kata diga yang sedari tadi bengong melihatku

“iya..” kata Karin

“ya udah sonooo” kataku menambahi

“oya gin, diga itu orangnya gimana sih?” Tanya Karin

“diga? Maksudnya?”

“iya..maksudnya diga itu suka makan apa atau suka main kemana.. atau apa gitu?” tambahnya lagi

“diga itu orangnya malesan! Dia jarang belajar. Dia suka banget makan daging. Dia nggak suka olahraga. Apalagi basket. Pokoknya dia enggak banget deh. Nggak kaya kamu, kamu nggak pas sama dia. Kasihan nanti kamunya”

(diga itu orangnya rajin banget.. dia suka baca buku.. dia nggak suka makan daging, dia suka banget sama sayuran apalagi sama brokoli. Pas banget sama kamu.. kamu juga kelihatannya orangnya pinter kaya yang di omongin om farid..)

“oh yah?”

“iya” kataku meyakinkan.

“wah.. tapi aku suka sama cowok yang kaya gitu”

“hah?” (apa lo bilang?)

“iya, biasanya kalau cowok kaya gitu orangnya setia loh..” kata Karin masih dengan senyuman mautnya

“oh..”

“oya gin, besok aku boleh ke kampus kalian nggak?”

“ngapain?”

“aku kan masih libur kuliahnya. Lagian aku dijakarta kan lumayan lama. Apa salahnya kalau lihat-lihat kampus kamu sama diga?”

“iya liat besok deh”

“kamu juga cantik gin.. persis kaya mama kamu”

“nggak, biasa aja”

______________________________________________

Sudah seminggu Karin disini. Ada yang aneh juga dengan kelakuan diga ahir-akhir ini. Dia seperti welcome dengan adanya Karin. Dia tidak akan keberatan kalau semisal disuruh om farid menjemput Karin disana sini. Dia juga sering mengajak Karin ketika dia mengajakku. Diantara aku dan diga, hari demi hari seperti ada tembok yang tumbuh dengan sendirinya. Tembok itu semakin kuat..

Aku melamun lagi, aku mengingat kata-kata mom untuk melanjutkan program S1 ku di singapura. Waktu itu aku menolak mentah-mentah, tapi sekarang.. aku bahkan ingin sekali cepat-cepat hidup disana.

Sudah pukul Sembilan malam. Diga belum pulang. Mungkin masih bersama Karin. Mungkin masih makan malam. Mungkin masih ngobrol. Mungkin…

“gin..”

“iya mom..”

“kamu kok akhir-akhir ini keliatan murung sih? Kenapa sayang..?”

“kuliahku mom..”

“kenapa?”

“kayaknya aku butuh penambahan ekstra belajar deh..”

“bukannya udah ada diga?”

“sekarang dia kan..”

“oh iya..sekarang dia keliatannya pulang malem terus ya sejak Karin disini..”

“hu.um”

“ya udah nanti mom sewa guru less ya?”

“bukan itu mom..”

“terus kenapa?”

“aku bener-bener butuh tambahan pelajaran” (aku udah nggak sanggup liat diga dan Karin mom.. aku cinta sama diga.. aku..)

“loh? Kok jadi nangis gitu sih? Ya udah, kamu maunya gimana sayang..?”

“aku pengen pindah kuliah mom. Ke singapur.”

“singapur?”

“mom..please… aku pengen bener-bener belajar. Aku pengen pintar. Aku pengen jadi dosen.” (mom..tolongin aku, aku udah nggak bisa. Rasanya saki…tt… banget..)

“udah, jangan nangis. Nanti mom ngomong sama dad yah.”

“makasih mom”

Mom memelukku erat. Sepertinya dia sangat tahu bagaimana keadaanku sekarang. Aku benar-benar berasa hancur. Rasanya dunia ini nggak adil.

“kamu nggak ada masalah lain?”

“nggak mom..gina cuma pengen pindah kuliah..”

“iya, mom akan percepat kepindahan kamu ya sayang”

“aku mencintaimu, mom. Mom yang terbaik”

To be continue..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Menabung Emas (top rekomendasi Pegadaian Digital)

Hi, masih bingung bagaimana caranya untuk memulai menabung Emas? Berikut beberapa tips untuk kamu yang ingin memulai menabung Emas ya: ...