Jumat, 27 Juni 2014

Persamaan Orang Gila Dan Jenius

Persamaan Orang Gila dan Orang Jenius
Tahukah kamu, antara Gila dan Jenius sangat tipis batasnya? Setidaknya demikian hasil kajian ilmiah yang berbasis di Stockholm, Swedia, Karolinska Institute.

Temuan yang dimuat dalam laman jurnal ilmiah The Local menyebut  bahwa dalam banyak hal, proses kerja otak orang jenius memiliki kesamaan dengan otak orang sakit jiwa atau penderita scizofrenia.

"Kami sudah mempelajari otak manusia dan salah satu tipe reseptor yang bernama Dopamine. Di sini terlihat sistem dopamine orang yang sangat Kreatif, sama dengan dopamine penderita Scizofrenia," kata Dr Fredrick Ullen, peneliti yang memimpin studi tersebut.

Penelitian ini, kata dia, menjadi bukti bahwa tidak ada batas yang jelas antara manusia jenius dan orang gila. Satu-satunya hal yang secara jelas membedakan di antara keduanya, kata dia, hanyalah kreativitas.

Sedangkan persamaan menonjol di antara otak orang gila dan orang jenius adalah keduanya sama-sama memiliki kemampuan yang rendah dalam menyaring informasi yang diterimanya. Kondisi tersebut, kata Ullen, membuka peluang yang sangat besar bagi munculnya pemikiran-pemikiran kreatif.

Banyaknya informasi yang masuk tanpa melalui penyaringan, dinilainya, berpotensi menciptakan logika-logika baru yang sulit dimunculkan oleh otak manusia pada umumnya.

"Berpikir di luar kotak (out of the box), bisa terjadi karena kemampuan otak yang tidak utuh," imbuh Ullen seperti dikutip The Local. Mungkin itu juga sebabnya orang yang mempunyai pemikiran hebat, bahkan penemuan hebat kadang dikatakan Gila. Gila karena pemikirannya yang begitu hebat dan penemuannya yang dapat merubah dunia.

by: www.apakabardunia.com



Shut Up! Chapter 3


Shut Up!
Chapter 3
========è Monster Perusahaan papa ternyata Manager Marketing!
                Papa menurunkan aku jauh dari kantor seperti biasanya, dan baru saja aku menginjakan kaki ditrotoar, si adnan melihatku dan langsung berlari menghampiriku. Dia agak kaget melihatku turun dari mobil papa, aku sudah memperkirakannya dari pertama kali aku melihat tatapan matanya yang aneh.
                “tar!”
                “woy.. eh kamu nan, kenapa?”
                “eh bukannya tadi itu mobil kantornya si Bapak ya?”
                “bapak siapa?”
                “aduuuh.. emang kamu nggak tau atau belum kenal? Yang punya perusahaan tar! Dia punya mobil persis kaya gitu. Mazda 2 warna putih”
                “adnan, mazda 2 warna putih itu ada banyak dijakarta, lebih dari 50 unit kali.. atau lebih banyak lagi..”
                “iya juga sih. Jadi kamu anak orang kaya dong? Punya mobil segala.. waaaah..”
                “itu bukan mobil aku nan. Tadi temen sekolah dulu, dia liat aku dijalan terus nawarin jalan bareng. Toh searah.”
                “oh gitu.. wuih, hari ini kan kamu jadi supervisor ya? Ciyee.. keren banget, udah setara sama Pak doni. Denger-denger kamu juga lagi ngambil kuliah malem ya? Wah kalo udah D3 atau S1 baru bisa naek jabatan lagi.. nanti setara sama bu rizki.”
                “bu rizki siapa?”
                “manager marketing kita tar, lo udah lupa?”
                “oh.. yang namanya rizki dikantor kita cuma satu ya, hehehe..”
                “eh jangan salah, dia galak banget loh. Udah gitu, nggak ada yang bener dimata dia. Apa apa salah. Dapet klien salah, nggak dapet apalagi.”
                “kok gitu sih?”
                “nggak tau deh tar. Kamu kan sekarang udah jadi SPV, pasti nanti kamu ngerasain gimana galaknya dia secara langsung.. ih ngeri.”
                “eh udah jam delapan, aku duluan ya nan.”
                “iya tar! Eh maksudku bu tara, semangaaat buat kerjaan pertamanya!”
                “oke” aku langsung menghambur pergi kedalam kantor setelah mendengarkan adnan ngomong panjang kali lebar di sepanjang perjalanan tadi. Untung aku juga bisa ngeles soal mobil papa tadi. Si adnan mungkin nggak ngeh sama nomer Platnya kali ya. Kayaknya besok-besok aku musti pake beda mobil sama papa.
                Aku sedang melihat perkembangan perusahaan papa. Setiap tahun grafik selalu naik. Papa memang jago sama hal-hal kaya begini. Aku melihat sekeliling, semuanya kerja seperti biasa, sibuk sendiri-sendiri, telfon sana-sini. Dan ada satu wanita yang membuat aku tertarik untuk terus melihatnya. Dia sedang mengecat kuku-kuku tangannya. Aku melirik ke monitornya dan sedang online twitter. Aku melihatnya dari ujung kaki ke ujung kepala. Dan dengan sengaja atau tidak sengaja, dia tiba-tiba melihatku lalu memelototiku. Astaga!
                “tara. Kamu dipanggil bu Rizki”
                “oh iya pak”
                Aku berjalan dengan terus melihat ke arah wanita tadi. Sebenarnya apa yang dia lakukan diperusahaan papa. Cuma online dan mengecat kuku? Aku mengetuk pintu ruangan bu rizki dengan tenang. Setelah mengingat percakapan aku dan adnan tadi pagi, rasanya aku ingin cepat-cepat bertemu dengannya.
                “pagi bu rizki”
                “pagi, kamu tara?”
                “iya bu.. ada apa ya?”
                “kamu sales yang ng-closed Harmoni inc. company dan PT. Rambo Indo?”
                “iya bu. Kenapa ya?”
                “bagaimana caranya kamu bisa ngclosed mereka?”
                “saya cuma memperkenalkan produk dan mengajak kerjasama bu. Karena saya tau kebutuhan klien, saya hanya menawarkan produk yang mereka butuhkan. Apalagi sekarang kan banyak orang yang sibuk, jadi untuk apa menawarkan produk yang tidak mereka minati. Pasti mereka juga akan bosan. Untuk Harmoni inc. company saya sudah tau banyak tentang perusahaan itu sebelum saya bertemu dengan mereka. Perusahaan itu kan penyedia beberapa kursus komputer”
                “oke.. kamu tau kapasitas perusahaan kita berapa? Apakah setelah kamu menawarkan produk kita kepada klien baru, kamu tau kita harus bekerja se-ekstra mungkin. Kamu boleh lah menawarkan produk kemereka, tapi jumlahnya toh jangan banyak-banyak.. kan kasihan sama operator produksinya.”
                “loh kok gitu? Kalau perusahaan mau maju ya harus kerja ekstra. Kalau semisal Cuma menawarkan barang sekali terus approved and closed. Ya kita akan terus cari klien. Apalagi sekarang perusahaan seperti kita banyak sekali berkembang. Kalau memang operator produksi masih kurang ya tinggal rekrut kan?”
                “kamu pikir rekrut orang itu gampang?”
                “ibu pikir, nawarin produk ke klien itu gampang?”
                “gampang. Toh buktinya kamu lulusan SMA aja sudah bisa ng-closed.”
                “coba aja sendiri bu. Kalau memang bagian HRD tidak bisa merekrut orang dengan baik. saya bisa gantikan.”
                “loh? Kamu siapa? Kamu tuh cuma anak baru disini. Umur masih 18 tahun. Lulusan Cuma SMA doang aja belagu.”
                “bu. Ini bukan masalah sekolah dan umur ya!”
                “kamu tuh ngomong udah kaya pemilik perusahaan ya tar?”
                “oke.. saya minta maaf bu. Saya juga minta maaf karena sudah closed banyak produk. Dan telah menjalin relasi”
                “keluar dari ruangan saya sekarang”
                “baik bu”
                Aku keluar dari ruangan ibu rizki dengan emosi tingkat tinggi. Tuh orang pikirannya kok gitu-gitu doang. Kok bisa ya si papa ngangkat dia jadi manager? Penampilannya udah kaya ondel-ondel, make up sana make up sini. Iiihh.. bikin ilfeel.
                “heh tara!”
                “apa lagi?!”
                “kamu ngebentak saya?”
                “oh maaf bu. Saya kira siapa”
                “kenapa tadi kamu ngeliatin saya pake mata sinis begitu?”
                “kapan?”
                “tadi pas kamu mau masuk ke ruangan bu rizki”
                “orang saya nggak ngeliatin”
                “heh. Kamu orang baru kan? Lulusan SMA pula udah jadi supervisor. Kamu pake apa buat ngrayu pak soni untuk naik jabatan?”
                “kalo ngomong jangan asal ya bu”
                Aku meninggalkan nenek sihir kedua tanpa respon. Aku ingin sekali mencabik-cabik tubuhnya dengan gunting. aku meneruskan melihat perkembangan perusahaan papa. Dan aku ingat hari ini aku harus menemani anak-anakku (anak-anak sales) untuk bertemu dengan klien. Aku akan mengclosed banyak produk. Liat aja nanti!
===========è David datang ke Perusahaan!
                Aku tercengang melihat adikku berdiri tepat dihadapanku. Dia tersenyum lebar kepadaku tapi aku hanya terdiam. Papa memperkenalkan david kepada karyawan.
                “ini anak saya. namanya david gunawan.”
                “selamat siang” kata david tak luput dengan senyuman mautnya.
                Aku memandangnya sinis. Anak ini benar-benar akan berebut posisi denganku? Sebenarnya aku juga tidak tertarik dengan perusahaan papa. Bahkan aku ingin membuka perusahaan baru. Tapi setelah aku ikut andil, ternyata benar kata papa. Banyak yang harus diperbaiki. Terutama bagian marketing.
                Aku melihat si nenek sihir kedua terus melihat ke arah david. Dia seperti manusia songong yang jatuh hati dengan pangeran dari negri sebrang. Amit-amit kalo sampe dia beneran naksir sama david. Sampe sepuluh turunan aku tidak akan memberi restu kalau seandainya mereka saling jatuh cinta. Aah.. apa yang aku pikirkan.

Kamis, 26 Juni 2014

Shut Up! Chapter 2



Shut Up!
Chapter 2
===============è Hari Pertama Kerja
                Ternyata aku ditempatkan menjadi sales. Sales loh ya? Aku tekankan lagi. SALES. Bukan marketing tapi SA-LES. Ini orang kemarin bilang aku pinter ini, pinter itu, tapi ternyata aku ditempatin dibagian sales. Ebuset daaah.
                “tara, kamu anggota baru tim kita ya, kenalin saya doni. Pak doni”
                “iya pak”
                “dan ini asisten saya Daniel. Ini sasa, lia, adnan, bambang sama lidya”
                “saya tara.”
                Demi apapun, didalam perjalanan aku mengutuk diriku sendiri. apa bagusnya kerja jadi sales? Omegat! Kenapa nggak langsung jadi manager atau supervisor??
“jadi gini tara, sales itu kan ber-tim dan kamu masuk ke-tim kita. Diperusahaan ini ada empat tim sales. Kamu termasuk beruntung karena ikut ke tim kita. Kita itu kerjasama, bareng-bareng, saling membantu. Banyak tim diluar sana yang sering ribut”
                “ribut? Maksudnya gimana pak?”
                “iya, mereka sering adu argument, terus terkadang supervisornya nggak mau nglerai. Oya ini barang-barang kita yang akan kita tawarkan ke beberapa perusahaan. Soal ditolak itu biasa ya tara, jadi nanti jangan kaget. Kamu harus pinter ngomong, nggak usah takut.”
                “iya pak”
                “nanti biar saya kasih tau kamu dulu gimana cara promosinya, baru nanti kamu belajar promosi sama perusahaan yang lain, tapi kalo kamu masih takut, perusahaan ketiga juga nggak apa-apa. Kemarin lidya juga nggak berani ngomong hari pertama. Saya maklumin lah, kalian lulusan SMA. Masih labil.”
                “saya coba diperusahaan kedua saja pak”
                “baguslah. Kamu berani. Nanti saya kasih kamu contoh ya. Lima belas menit lagi kita sampai diperusahaan yang pertama.”
                “pak, saya mau tanya, kenapa perusahaan kita masih perlu promosi begini kemereka secara langsung? Kenapa nggak lewat online? Bukannya lebih hemat waktu, kalo begini kan habis waktunya dijalan, sudah begitu kita kan masih punya banyak kerjaan yang harus kita kerjain dikantor, bukan Cuma muter-muter begini?”
                “hm.. tara, yang punya banyak pekerjaan dikantor itu bukan sales tapi para office staf. Mereka yang separuh harinya selalu harus ada dikantor buat kerja. Buat sales kaya kita ya memang kerjanya harus selalu keliling, untuk masalah buang waktu.. kita sudah tau lah kalau Jakarta memang biangnya kota macet, wajar saja kalo begini. Dan untuk promosi lewat online, beberapa bulan yang lalu kita sudah mencobanya, tetapi mereka lebih suka untuk didatangi secara langsung, bukan lewat online”
                “apa semua perusahaan yang kita datangi memang meminta kita untuk datang?”
                “enggak tara”
                “terus kenapa sistem online itu tidak dijalankan saja? Kalau lewat online kan, bisa saja ada perusahaan yang mau bertemu kita langsung untuk memesan, kita kan bisa kesana dengan membawa beberapa brosur”
                “bener juga ya kata kamu..”
                “iya pak”
                “ah entahlah.. kamu bisa langsung ungkapin ide ini di bagian marketing ya..”
                “apa bedanya sales sama marketing?”
                “diperusahaan kita memang ada sedikit level sama marketing, kita sales promosi hanya memperkenalkan barang dari perusahaan kita, kalau ada yang cocok baru deh marketing turun tangan, mereka yang akan memperjelas produk perusahaan dan akan memberikan harga”
                “oh..”
                “iya. Sekarang sudah sampai, siap-siap ya”
                Aku memikirkan banyak hal tentang perusahaan papa sekarang. Rasanya aku akan senang berada ditengah-tengah karyawan yang seperti ini. Mereka sama sekali tidak memandangku seperti orang baru, walaupun pak doni memperlakukan aku seperti aku tidak tahu apa-apa.
                Aku melihat cara dan bagaimana pak doni berpromo kepada mereka dan akhirnya mereka memesan 100 proyektor untuk perusahaan mereka yang sudah mempunyai beberapa cabang. Aku melihat bagaimana dia bertutur kata, rangkaian kata yang sangat bagus dan menarik. Apalagi senyumannya yang tidak pernah ia lupakan, dia berbicara kepada klien dengan penuh perhatian. Sikap dan tatapan matanya pas. Siapapun pasti akan terpukau dan merasa sangat di sanjung dengan omongan pak doni yang seperti itu. Sekarang aku sudah tau apa yang akan aku lakukan di promosi kedua setelah ini.
                Aku sudah tidak sabar ingin mencoba promosi pertamaku didepan klien. Aku merapikan kemejaku dan aku sudah menghafal semua produk papa. Dengan detail-detailnya. Sistem penghafalan seperti ini, sudah sering aku dapat saat aku mengambil kuliah diswiss.
                “selamat siang, dengan bapak Adrian? Saya tara trika dari UNO company. Gimana kabarnya pak?”
                “oya tara. Kabar saya baik. saya tidak punya waktu banyak, jadi sekarang kamu mau menawarkan apa sama saya?”
                “iya pak, terima kasih ya pak sudah mau menyediakan waktu untuk saya. saya tidak akan menawarkan produk apapun, tapi saya mengajak bapak bekerja sama dengan perusahaan kami. Kami tau bahwa perusahaan bapak adalah perusahaan yang sangat membutuhkan alat-alat elektronik, terutama cctv untuk memonitor ATM. Perusahaan kami bisa menyediakan cctv bahkan sekaligus PC untuk memonitor.”
                “apa keuntungan saya kalau saya mau bergabung dengan perusahaan kalian?”
                “banyak pak. Yang pertama untuk kualitas barang, kami jamin barang kita asli orisinil. Kedua, kami siap menerima pesanan perusahaan kapanpun, untuk pemasangan lebih dari 100 akan kami discount, jika ada kerusakan sebelum garansi berakhir kami bisa memperbaikinya jika memang itu adalah kerusakan pada produk kita.”
                “oya? Terus apalagi? Untuk transportasinya gimana?”
                “untuk transportasi ditanggung 50-50 pak. Jadi sama-sama mengeluarkan uang untuk bagian yang ini.”
                “cabang saya ada yang diluar Jakarta. Apa bisa juga dikirim?”
                “bisa pak. Untuk diluar Jakarta, kita bisa jangkau. Balikpapan, pekanbaru, samarinda, Kalimantan, bahkan Lombok”
                “denpasar?”
                “tentu bisa”
                “oke. Saya sedang proses cabang baru didenpasar. Sepertinya saya menerima kerja sama ini. Saya membutuhkan kurang lebih 500 cctv dan 300 PC. Apakah bisa diproses untuk tiga bulan kedepan?”
                “bisa pak.”
                “oke, deal. Siapa nama kamu tadi?”
                “tara pak. Tara trika.”
                Aku berjalan dengan senyuman yang mengembang. Pak doni sampai melongo melihatku bisa lancar sebegitunya. Bahkan bambang yang sedari tadi sibuk mengeluh ngantuk sampai melotot setelah melihatku berpromosi. Bahkan sampai aku dan mereka sedang dalam perjalanan untuk promosi ketiga, semuanya masih terdiam.
                “ehm”
                “kamu kok bisa ngomong kaya tadi sih tar?” tanya lidya sambil melihatku heran
                “ini pesanan terbesar pertama loh tar”
                “iya tar.. kamu kok bisa gitu?” tambah adnan
                Aku hanya tersenyum ringan. Pak doni langsung menelpon orang marketing untuk bisa bertemu dengan klien yang baru saja aku closed. Bahkan mereka tidak percaya ada pesanan sebanyak itu. Berita ini langsung menyebar ke manager utama marketing, Ibu rizki.

================è Seminggu kerja naik level ke supervisor sales
                Malam ini mama pulang, dan sengaja aku telfon papa agar pulang kerumah dengan cepat. Tak lupa Daniel yang kerjaannya Cuma ngelukis dan ngegalau di villanya. Aku menyuruh bu rodiyah menyiapkan makan malam yang agak special.
                “jadi kita sedang makan malam bersama sekarang tar?”
                “menurut kamu apalagi vid?”
                “kalian nggak bisa ya kalo nggak ribut sehari aja?” kata mama
                “mah, aku kan di swiss tiga tahun. Selama ini aku nggak pernah berantem sama david.”
                “apaan kamu tar, sekali diledek langsung nangis” kata david
                “hih..”cibirku dengan tatapan mata jutek
                “jadi, ada yang udah naik pangkat sekarang?” tanya mama
                “hah, apaan ma, dia naik pangkat pasti karena ngomong dia anak papa. Iya kan tar?”
                “enak aja! Aku nggak pernah ngomong sama siapapun kalo aku ini anak papa!”
                “buktinya, baru seminggu kamu kerja, masa kamu udah jadi supervisor?” pojok david
                “aku tuh habis closed proyek besar-besaran. Dan ini bukan hanya buat tahun ini doang, tapi akan terus berlanjut karena aku bukan nawarin produk, tapi nawarin kerja sama. Hehehe. Keren kan pa?”
                “waah.. anak mama, pinter banget ya..”
                “halah, gitu doang david juga bisa”
                “buktiin dong, kalo bisa?” tantangku
                “oke. Pap? Boleh nggak david ikutan kerja diperusahaan papa?”
                “nggak usah lah vid..” kata papa sambil tersenyum
                “tuh liat. Papa aja sampe nggak mau kamu ikutan andil sama kerjaan papa. Kamu kan bisanya cuma ngegambar doang, weee”
                “songong banget ni anak. Awas aja besok aku bakalan kerja di sana juga. Bukan sebagai karyawan baru. Tapi sebagai pemagang dan pake nama papa”
                “david? Siapa bilang papa setuju. Hah?” kata papa
                “hehehe.. david becanda pa. lagian david juga nggak mau perusahaan papa yang itu. Ribet. Musti buat produk, kirim produk, inilah itulah”
                “kamu belajar aja yang rajin, kelarin kuliah kamu vid. Jangan galau terus” kata mama
                “apaan sih ma” kata david
                “masa kemaren david abis diputusin sama pacarnya pa? papa tau nggak pacarnya david udah umur 25 tahun. Liat tuh pa, david kan masih bayi.” Kataku
                “bener vid?” tanya papa
                “enggak pa. orang david sama lisa cuma temenan doang”
                “oooohh nama tante itu lisa,.. secantik apa sih dia sampe adik tersayang aku jatuh hati..”

Tips Menabung Emas (top rekomendasi Pegadaian Digital)

Hi, masih bingung bagaimana caranya untuk memulai menabung Emas? Berikut beberapa tips untuk kamu yang ingin memulai menabung Emas ya: ...