Rabu, 30 April 2014

Secangkir Rindu (Part 5)


Secangkir rindu untuk Diga

*Saudara atau Pacar?
(part 5)

Kuliah hari ini sangat membosankan. Apalagi diga yang seharian ini belum memberi kabar padaku. Aku membelikannya sebuah kado kecil. aku selalu membayangkan wajah polosnya ketika baru saja terbangun dari tidurnya. Wajahnya akan benar-benar terlihat lucu. Rambutnya berantakan. Iya aku sering sekali mengintipnya ketika dia benar-benar terbangun oleh tidurnya setiap pagi.

Aku berniat datang melihatnya bermain basket setelah kelasku selesei. Aku juga tidak lupa membawakan handuk kecil, pocari sweat, dan roti keju kesukaannya. Suara ibu dina membangunkan lamunanku, wah.. dia memang dosen paling bawel yang pernah aku temui di dunia ini. Terkadang aku terheran-heran, wajahnya memang lumayan cantik, tapi galaknya luar biasa, apalagi kalau-kalau ada mahasiswa yang tertidur atau ngobrol di kelasnya, mereka akan berada di ujung kematian.

“gina, maju presentasi sekarang”

“iya bu” aku mengumpat dalam hati. Kenapa ibu dina selalu mengenal namaku dengan lengkap. Dia menganggapku mahasiswa yang paling mendengarkan ocehannya. Padahal aku hanya ingin berada di titik aman dengan selalu diam disetiap kelasnya.

“lihat gina, dia sudah cantik, pintar lagi? Kalian apa-apaan? Hah? Ini kan PR dari minggu kemaren, kenapa ada yang sama sekali belum membuat rekapan untuk presentasi? Kamu doni! Kenapa buku makro kamu masih sunyi sepi?”

Aku melirik kanan-kiri, aku baru sadar ternyata sedari tadi ibu dina telah mengobarkan api kemarahannya. Aku menghela nafas, untung saja aku sekarang rajin belajar. Ini semua karena diga, aku sangat bersyukur karena diga telah hadir dihidupku, terima kasih Tuhan.

___________________________________________________________

Aku menyemangati diga dengan suara sarauku. Aku meloncat-loncat ketika wasit membunyikan peluit yang berarti permainan selesei dan tim nya diga menang.

“nih minumannya” kataku sembari tersenyum bangga (diga tersenyum dan mengacak-ngacak rambutku)

“makasih”

“keren banget tadi, tumben kamu keliatan keren hari ini” kataku lagi

Seorang teman diga tiba-tiba mendekati kami, namanya feri kalau tidak salah. Dia juga terlihat dekat dengan diga. Mungkin salah satu teman akrabnya.

“hei” sapanya

“hei juga” kataku singkat dan tersenyum

“eh dig, dia gina kan? Sepupu lo?”

“iya”

Aku terdiam, ada rasa yang ingin aku ledakan sekarang. Lagi-lagi diga mengakui aku sebagai sepupunya lagi. Bukan sebagai pacarnya. Mukaku memerah, bukan malu tapi marah. Tiba-tiba aku ingin sekali pulang.

“diga, aku mau pulang” kataku dengan wajah datar

“kok gitu?” Tanya feri

“aku ada keperluan sama mom” kataku mengarang

“iya hati-hati” kata diga

Aku melihatnya, ada air di mataku yang hampir terjatuh. Aku menahanya dan langsung menghilang dari diga dan feri. Aku berlari menjauh dan mengusap air yang tiba-tiba mengendap di kelopak mataku.

___________________________________________________

“gin”

Tanganku ada yang menarik, aku masih berdiri menahan tangis di depan gerbang. Tapi ternyata pertahananku memudar, aku menangis. Aku benar-benar menangis lagi untuk kesekian kalinya. Karena status aku dan diga yang tidak pernah mereka tahu.

“gina sorry.. aku nggak tau musti gimana lagi, mereka semua udah tau kalau kita memang saudara”

“…..”

“gina please..ngomong”

Tangisanku lebih menjadi-jadi.

“seharusnya dari awal kamu nggak usah jatuh cinta sama aku!” bentakku sambil menangis

“gin..”

“kamu selalu aja bikin aku nangis! Kamu nggak pernah mau ngakuin ke orang-orang kalau pacaran! Kamu nggak pernah tau perasaan aku!”

“tapi gin..”

“apalagi?! Kamu marah sama aku kalau aku deket sama cowok lain! Kamu nggak pengen aku deket sama yang lain! Aku bahkan nggak boleh ikut camping kelas waktu itu karena ridho ikut? Iya kan?!!!! Kamu boleh cemburu, tapi apa?? Kamu sama sekali nggak pernah tau perasaan aku.. waktu kamu bilang kita cuma saudara..”

“……”

“aku selalu diam dari dulu, aku menghargai mereka semua temen-temen akrab kamu. Tapi apa kamu nggak….” Aku terdiam. Aku melepaskan tangan diga yang sedari tadi menahanku pergi. Pas sekali ada pak darto. Aku langsung menyelinap ke mobil. Pak darto seperti malaikat saat ini, aku baru menelponnya 10 menit yang lalu.

____________________________________________

Malam yang sunyi, kamarku sunyi sekali. Dad sama mom juga belum pulang. Aku baru inget kalau mereka ada acara di kantornya dad. Itu artinya lagi-lagi aku akan berdua dengan diga semalaman ini. Aku malas, tapi mataku tetap saja tidak bisa terpejam.

Tidak ada suara apapun di rumah sebesar ini selain detak jarum jam. Aku juga tidak mendengar apapun dari kamar diga. Tapi aku sudah melihatnya pulang tadi sore. Apa mungkin aku terlalu kekanak-kanakan? Untuk masalah status.. ini memang bukan salah diga sepenuhnya kan? Wajar saja dia memberitahu teman-temannya kalau aku ini adalah saudara sepupunya, dan memang kenyataannya begitu bukan?

Aku hampir meraih gagang pintu kamar diga, tapi aku membatalkan niatku lagi. Sepertinya diga sudah tidur karena kecapean. Aku takut mengganggu. Dering telfonku berbunyi, aku berjalan lemas kembali ke kamarku. Aku melotot melihat siapa yang menelponku. *Sayangku Diga*

“halo..”

“iya..”

“maafin aku ya gin..”

“hmm” (ini beneran kamu dig?)

“gin…maafin aku yaa..”

“kamu dimana dig?”

“dikamar”

“terus ngapain telpon?” (kamu lagi gila ya dig?)

“soalnya…”

“soalnya kenapa?” (aku tersenyum)

“aku takut ngeliat kamu marah kaya tadi sore, ih galak banget”

“aa..aapa?” (sialan!)

“maafin ya?”

“nggak mau”

“kenapa nggak mau, nanti cantiknya ilang loh..”

“biarin”

“ayo dong maafin aku…”

“kamu musti kesini, baru aku maafin”

“kalau aku kesitu, bakalan di marahin lagi nggak?”

“tergantung”

“kok gitu sih?”

“maunya gimana?”

Diga sudah diduduk di sebelahku. Tapi kita masih berbicara didalam telephon.

“sekarang udah dimaafin belum, haloo?”

“belum”

“kenapa?”

“kamu belum peluk aku”

“hah?”

“kenapa?”

“takut”

“kenapa takut?” kataku terheran-heran

“pas lagi aku peluk tiba-tiba nanti kamu marah kaya serigala terus gigit aku. Kan gawat?”

“apa???” aku langsung melirik ke arahnya. Bibirku manyun tidak terkira. Aku merasakan kehangatan pelukannya. Aku terdiam. Hatiku diam. Jantungku juga terasa diam.

“gina..aku sayang sama kamu, aku nggak mau bikin kamu sedih”

To be continue..




Pernah Menangis

aku pernah menangis
tapi aku sadar itu tiada guna
aku pernah terjatuh
tapi aku sadar, aku jatuh memang karna ada beberapa alasan
aku pernah merindu
tapi aku sadar, rinduku tidak berbalas
aku pernah mencintai
tapi aku sadar, perlahan aku tersakiti


Selasa, 29 April 2014

Secangkir Rindu (Part 4)



SECANGKIR RINDU UNTUK DIGA

*SURABAYA, I AM COMING


(Part 4)

Aku menangis tak terhenti, malam ini lagi-lagi aku mengingat semua kebersamaanku dengan diga. Walaupun baru dua minggu dia di Surabaya, aku benar-benar sangat merindukannya. Dan bahkan dia tidak menelponku, dia hanya mengupgrade instragramnya beberapa hari yang lalu. Dia mengupload foto lollipop warna warni yang mungkin saja baru dia beli.
Aku terus mondar mandir dikamar. Rasanya aku ingin sekali terbang kesana! Terbang? Oh Tuhan, kenapa baru muncul ide itu. Aku langsung menghapus air mataku yang sedari tadi mengalir. Lalu berlari menuju ke kamar mom.
“mom” kataku dengan muka sedatar mungkin, dengan menenteng buku Statistik yang akan menjadi alasan terkuatku kali ini.
“kenapa gin? Jangan bilang mau nanya tentang Statistik yah”
“loh? Mom kok gitu banget sih? Terus gina musti nanya siapa dong? Mom maunya gina pinter, tapi mom nggak mau jawab pertanyaan gina!” aku memasang muka kesal
“Tanya dad gih”
Aku langsung melirik ke arahnya. Dad memandangku curiga, dia masih memegang erat majalahnya dengan seksama.
“kau cari sajalah di google gin, jaman sekarang kan apa-apa sudah canggih”
“tapi dad! Aku juga perlu penjelasan lisan, aku kan emang butuh lebih pengertian sama pelajaran. Dad, ayolah”
“kau telfonlah diga”
“diga?” aku tersenyum dalam hati, tepat sasaran.
“iya, kau kan bisa hubungi dia, dia itu kan hanya liburan. Pasti banyak waktu luangnya”
“aku udah telfon dia kok! Tapi nggak di angkat”
“ya sudah, dad telfon saja ke om farid, nanti kau minta sambungkan saja ke diga yah”
“oke”
Aku langsung merebut handphone dad, rasanya aku ingin tersenyum lebar saat ini, aku beranjak lari ke kamar. Baru kali ini, dadaku berasa begitu bergetar, rasanya sudah seribu tahun aku tidak mendengar suara diga. Dan kali ini, aku akan menelfonnya melalui om farid.
“hallo, iya kenapa kris?”
“ini aku om, gina..hehehe” kataku agak sedikit grogi
“oh..ginaaa, tumben sekali kau telfon sayang, ada apa? Tumben kau telfon pakai nomer daddymu, bagaimana kabarmu disana? Baik kan? Mommy juga? Masih cantik dia?” (tertawa terbahak)
“iya nih om, gina kangen sama om sama tante juga, mom sama dad baik semua….”
“oh baguslah, ngomong-ngomong ada apa kau menelfon om?”
“aku mau ngomong sama diga om, eh! Maksudku mau tanya tentang pelajaran”
“pelajaran? Oh baiklah, kau beruntung sekali gina, diga baru saja pulang”
“boleh bicara nggak om sama diga”
“boleh, sebentar yah..om sambungin”
Akhirnyaaa, sebentar lagi. Aku bakalan ngomong sama diga. Aku sangat tidak bersabar.
“halo..”
“halo dig..”
“iya gina, kenapa?”
“aku mau nanya pelajaran” (aku kangen sama kamu)
“iya gina, pelajaran apa?”
“Statistik” (kamu nggak kangen sama aku?)
“iya, kenapa? Coba bacain soalnya”
“hah?” (kamu kenapa sih? Nggak peka banget!)
“halo…”
“iya dig..” (kamu beneran nggak kangen sama aku diga? Aku nelfon kamu kan bukan karna buat nanyain pelajaran, aku tuh…)
“sayang…”
“apa? Diga, aku kira kamu benar-benar amnesia tentangku! Kamu kemana aja? Kenapa nggak pernah bbm aku? Aku telfon juga nomer kamu sering nggak aktif..kamu jahat”
“loh? Tuh kan baru nelfon aja kamu udah marah-marah, apalagi kalau kita ketemu?”
“aku tuh kangen, bukan marah-marah! Lagian kamu liburan kok lama banget sih! Aku kan kangen banget sama kamu… liburan tahun kemaren kamu tiap hari nelfon, sekarang malah nomer kamu nggak diaktifin”
“iya iya..maaf..”
“lagian kenapa sih? Kamu juga nggak cerita apa-apa tentang liburan kamu kali ini”
“iyaaa bawel… aku sempat sakit loh kemaren”
“hah sakit??? Kenapa kamu nggak ngomong sama aku..” (sakit? Benarkah..)
…………………………………..
Mungkin ada baiknya kalau aku nyamperin diga ke Surabaya? Bukankah aku sudah lama tidak mengunjungi om dan tante? Ah dad sama mom pasti juga sangat setuju dengan ideku ini. Yah.. betul. Aku akan menyusul diga ke Surabaya. Aku akan melihatnya lagi. Aku akan berbicara panjang lebar dengannya lagi. Aku benar-benar telah merindukan diga.
Setelah memohon kurang dari seribu kali, akhirnya mom and dad menyetujuinya. Sebenernya mom and dad telah membelikanku tiket ke singapur, tanpa sepengetahuanku. Iya ke singapur untuk liburan.
*Surabaya (Rumah Diga)

“tante?”
“ya ampun ginaa, kau sudah datang. Kau ini tambah cantik saja yah..”
“makasih tante” kataku tersenyum sembari melihat-lihat suasana rumah diga yang benar-benar berubah.
Seharian ini aku dengan tante ke salah satu mall disurabaya, kami keliling mall dan membeli beberapa baju serta make up. Aku berjalan dengan orang yang telah melahirkan diga, diga yang sangat aku cintai. Terkadang ada rasa takut yang sangat mendalam, kalau mengingat status kita sebagai saudara.
Aku mengajak tante makan siang di salah satu restoran favoritku, ada chicken katsu yang sangat enak disana. Dan tante menyetujuinya. Tante sangat berbeda dengan anaknya sendiri, diga sama sekali tidak menyentuh makanan yang ada dagingnya sedangkan tante, dia bahkan termasuk orang yang doyan makan daging-dagingan sama sepertiku. Syukurlah, ternyata masih ada keluarga diga yang normal yang mau makan daging. Mungkin ayah diga adalah virus dari semua kelakuan diga, yang susah ditebak. Tiba-tiba baik, tiba-tiba cuek, tiba-tiba marah.
Aku masih inget, waktu itu aku baru selesei kuliah jam tiga sore, aku tidak tau menahu kalau diga akan menjemputku, sedangkan dia bilang dia akan ada kuliah sampai jam lima. Karna itu aku menerima andika mengantarkan aku pulang. Setiba dirumah diga terlihat sangat cuek, diam dan tidak seperti biasanya. Tiga hari kemudian, aku baru tahu bahwa waktu itu diga mengikutiku dengan andika, diga bukan cuek, dia cemburu. Iya aku tau itu.
Malam ini malam pertamaku di Surabaya, dirumah diga. Di kamar tamu. Memang kamar kita terpaut jauh, kamar diga ada di lantai dua sedangkan kamar tamu ada dilantai satu. Tidak seperti dirumahku, kamar kita bersebelahan sehingga aku setiap saat melihat kelakuannya. Ini sudah menunjukan jam sepuluh malam, tapi diga belum juga kembali. Bahkan mungkin diga belum tau, aku berada disini. Nomernya masih tidak aktif.
Aku beranjak menuju dapur, perutku melilit pertanda lapar. Aku mencari roti yang tadi siang aku beli di mall. Tiba-tiba suara pintu depan terdengar, jantungku mau copot, siapa yang datang semalam ini. Aku hampir meloncat seperti aktor kungfu hustle setelah melihat sesosok manusia memakai jaket bertopi memandangiku. Aku menelan ludah.
Setelah beberapa menit dia melihatku, tiba-tiba dia menarikku ke kamar, dan membungkam mulutku persis di sinetron-sinetron. Aku mau menjerit tapi takut, dia membawaku kekamar tamu yang telah menjadi kamarku, ada banyak pikiran terlintas di benak. “kenapa dia tau letak kamar?, kenapa dia bisa membuka pintu yang sudah dikunci?, dan kenapa dia tau ada anak gadis secantik aku disini?” pikiran konyol yang tak pernah bisa aku hilangkan.
“selamat malam sayangku gina”
Aku membelalak melihat orang aneh ini membuka topinya, ternyata dia adalah pacarku sendiri, diga. Tidak heran kan dia bisa membuka pintu? Tau dimana kamar tamu? Dan ..
“kok kamu tau aku disini?” kataku ketus
“feeling”
“terus puas udah ngerjain aku kaya tadi?”
“belum puas”
“aaa diga kamu jahat!”
Tangannya menutup mulutku, aku terdiam. Dan dia berbisik pelan ditelingaku.
“jangan keras-keras nanti mama tau aku disini”
“emangnya kenapa” jawabku pelan
“sudahlah lupakan”
Diga melihatku, dan dengan cepat memelukku. Aku paling tidak tau apa yang ada dalam pikirannya itu. Jail-Diam-Peluk. Manusia macam apa seperti itu?
Liburanku telah berlalu, kami memutuskan pulang ke Jakarta bersama. Aku sangat bahagia, tante dan om farid sangat baik kepdaku. Apalagi dia, dia mengajakku berkeliling Surabaya. Ada rasa yang berbeda, ketika aku didekatnya, aku akan merasa yakin bahwa diga benar-benar mencintaiku dan akan terus bersamaku, tapi ketika diga pergi sendiri tanpaku, dia seperti akan hilang, dan tidak akan pernah kembali lagi. Makanya aku terus berusaha selalu ada di dekatnya. Tidak peduli bagaimana caranya.

Kamis, 24 April 2014

Training UAT

Training ke dua UAT -_-
gue bakalan pusing hari ini seharian..
Tuhan baik banget, nggak di kampus nggak di kantor
gue di kasih pelajaran baru terus -_-
i love you, Tuhan.

Strawberry


Mimpi Buruk

aku mimpi buruk semalem -_- *Update status

SweetHeart

My sweetheart Adi,

terkadang aku merindukan masa lalu
aku tau itu membuatmu sakit hati
tapi aku tak bermaksud seperti itu
aku hanya ingin mengenang
bukan membuka lagi

aku ingin mengenangnya
lalu melewatinya dengan langkah bersamamu
aku sungguh tidak ingin menghapus
kamu sudah memalingkan pikiranku seribu persen sweetheart
aku bahkan tidak ada waktu lagi untuk mencoba menghapus masa lalu

aku sayang kamu sweetheart :*


Sayangku, Apa Kabar?

Sayangku

apa kabar, sayang?
semoga Tuhan selalu memberi yang terbaik untukmu
aku sudah merindukanmu disini
aku sudah membaca sms kamu semalam berturut-turut
kamu selalu membuatku tersenyum dengan kalimatmu

sayang
ada banyak hal yang belum kita lewati bersama
dan aku ingin melewatinya bersamamu

Selasa, 22 April 2014

Penyentuh Jiwa

kamu satu-satunya..
Penyentuh jiwa, penyejuk hati.
Tetaplah singgah, disini.
I Love you

Wazaaaaa


Roommate

ROOMMATE*

gue jadi keinget pernah satu kost sama temen gue yang namanya retno. ada banyak hal yang lucu.
misalnya, pas itu listrik mati, malem minggu dan kita kelaperan, ada ide gila yang di buat sama doi, dia masak mie gelas pake air dingin. bayangin? air dingin.
yap, bener banget gue sama sekali nggak menyentuh hasil karyanya sedikitpun. bahkan dia makan mie gelas itu di depan gue dengan enaknya, di depan sinaran lilin yang kita buat.
gue laper sih, tapi kalo semisal gue makan mie yang pake air dingin sih..hadeeuuh.. pikir dua ribu kali. gue cuma cengengesan pas liat dia udah ngabisin mie-nya itu lalu listrik hidup dan gue tersenyum bahagia, gue langsung nyalain teko listrik buat masak air dan memasak beberapa makanan instan. hahahaha retno, lo kasian amat..
aduh males ngetik nih...udah satu aja dulu ceritanya..besok besok lagi..

Kamis, 17 April 2014

Secangkir Rindu (Part 3)


SECANGKIR RINDU, UNTUK DIGA


*Berdua saja, with DIGA PRATAMA
 (part 3)

Ternyata belajar itu tidak seperti yang aku bayangkan. Semuanya menjadi lebih baik, mom and dad juga sekarang lebih percaya sama aku tentang nilai-nilaiku. Ternyata juga diga orangnya baik, iya walaupun dia agak songong kalau lagi ngajar, tapi banyak sisi kebaikannya juga. Aku masih inget banget waktu aku lagi di ajarin pelajaran IPA, iya IPA. Aku malah ketiduran di meja belajar karna mungkin hari itu kecapean dan hanya ditinggal turun diga ke dapur di lantai satu. Kalau dia jahat, aku yakin aku bakalan di siram pakai air, dan dia akan memaki-makiku. Tapi nyatanya, dia malah memindahkan aku ke kasur dan menyelimutiku. Iya memindah yang berarti menggendongku dari meja belajar kekasur.

Sekarang, aku yang kecanduan pelajarannya diga. Kalau saja dia ijin tidak mengajar, satu malam saja karena ada keperluan yang nggak bisa ditinggalin, aku bakalan minta double jam di hari berikutnya. Iya aku serius. Diga benar-benar membuatku mencintai pelajaranku.

“gin…”

Aku terbangun dari lamunanku, diga sekarang berdiri di ambang pintu kamarku. Memakai kaos oblong putih, rambutnya masih berantakan, dan menguap. Lalu tersenyum kecil.

“kenapa?”

“tante sama om mana?”

“mereka ke Pekanbaru”

“sejak kapan?”

“tadi pagi”

“tadi pagi? Yang bener aja? Kok aku nggak denger apa apa sih gin?”

“liat deh, sekarang jam berapa”

“astaga! Jam 12 siang??”

“iya”

Aku masih pasang muka agak cuek. Tapi aku terkekeh melihat dandanan kesehariannya. Dia akan berjalan bolak balik kesana kemari dengan rambut yang seperti itu.

Tiba-tiba diga menatapku curiga, dan mulai mendekatiku. Sekarang dia duduk tepat di depanku. Diga mencubit pipinya sendiri dan memandangku lagi, kali ini lebih dekat. Aku terdiam.

“woy!” kataku akhirnya mengagetkan diga

“gin, gue laper”

“hah?” kataku gagap

“lo bisa masak?”

“bisa”

“masak apa?”

“mie instan” kataku enteng dan tersenyum

“halah dasar anak cewek! Nggak bisa ngapa-ngapain lo ya??”

“yeeeeee, biarin. Kalo mau makan masak aja sendiri”

Diga bangkit, lalu dengan cueknya berjalan menghilang, aku mendengar dia menuruni tangga dan memutar air kran di dapur. Iya dapur. Dia beneran mau masak? Biarin ajalah. Diga masak sendiri buat dia kan? Masakannya nggak enak bodo amat.

Lalu aku berbaring ditempat tidurku lagi, mengingat-ngingat lagi kejadian masa kecil dulu bersama diga. Sama arya, sama putri. Aku ketawa-ketawa kecil dan berusaha untuk tidak mengeluarkan suara. Ada kalanya semua itu membuat aku rindu. Tapi sayang putri sekolah di australi, karena memang papahnya asli orang sana. Kalo arya, setahuku dia sedang mengambil kuliah juga bukan? Tapi entah dimana.

Ada bau makanan dari dapur, rasanya bau ini.. aku menuruni tangga, tepatnya agak berlari lalu aku melongo dan menghampiri diga. Dia sedang duduk manis di meja makan dengan membawa dua piring yang berisi makanan.

“lo delivery darimana dig?”

“bukan urusan lo”

“emang itu namanya apaan? Keliatannya enak banget, boleh cobain nggak?”

“ini namanya chicken steak cheesy, kalo yang ini nasi goreng (masa lo nggak tau?) tapi dikasih sedikit wortel and sosis”

Glek. Entah darimana diga bisa mendapatkan makanan itu semua. Aku duduk persis didepannya.

“lo mau gin?”

“iya, boleh nggak dibagi dua?”

“nggak boleh, enak aja”

“ayolah diga, lo tega sepupu lo mati kelaperan?”

“tega dong”

“diga please, gue mau dong steaknyaaa…..”

“ada, tuh ambil didapur”

Aku langsung berlari kedapur, mencari steak yang di katakan oleh diga.

“mana dig… kok nggak ada yaaa?” teriakku dari dapur

“emang nggak ada, hahahaha”

“dasar lo kucing sempoaaa! Ngerjain orang kelaperan! Gue harap malaikat catet tuh kejahatan elo!”

“hahahaha, udah sini makan steaknya”

“mana steaknyaaaaa?”

“iya ini dimeja makan, orang gue cuma masak satu doang, sejak kapan gue suka makan ayam kaya gitu. Gue masak kaya gitu yang pasti buat elo lah”

Aku menghampiri diga, lalu duduk lagi didepannya. Dan langsung melahap steak yang ‘katanya’ hasil masakan diga.

“ini beneran lo yang masak dig? Gila! Enak banget, lo kok nggak pernah cerita sama gue kalau lo pinter masak? Terus gimana caranya? Kok steaknya bisa kaya gini rasanya, sumpah! Ini steak terenak yang pernah gue makan!”

“astaga, lo makan ngomong terus sih gin”

Ternyata selain pinter, dia juga jago masak. SEMPURNA! Untuk ukuran cowok yang seperti dia, dia ya…. Lumayan ganteng lah. Badannya bagus, tinggi dan alisnya itu loh. Waaaah betapa beruntungnya aku. Walaupun mom nggak ada dirumah, tapi ada yang akan masakin buat aku. Dan masakannya lebih enak dari mom!

Malam ini, aku melamun lagi di kamar. Sengaja pintu kamarku aku buka lebar. Iya aku sengaja agar  diga sesekali melihatku dan memastikan aku baik-baik saja. Mom akan lama di pekanbaru. Dan benar dugaanku diga berangsur mendatangiku, tiba-tiba dia mengambil alih kasurku. Iya tidur disampingku sekarang!

Jantungku tiba-tiba berdetak sepuluh kali lebih cepat, aku tidak sanggup memandanginya jika sedekat ini. Dan selama ini, diga baru tidur disampingku. aku masih terdiam, dia pun juga. Rasanya aku ingin sekali memberhentikan waktu sekarang.

“gin.. lo tau nggak?”

“apa” kataku masih menatap ke langit-langit

“gue mau pulang kesurabaya setelah tante sama om pulang”

Aku tertegun dan langsung menatapnya.

“ya bagus kalau gitu, kenapa nggak dari kemaren aja pulangnya?” kataku ketus

(lo mau pulang?? Ngapain?? Bukannya kuliah lo masih lama?”)

“hmm”

Diga mendesah. Aku berpaling lagi menatap langit-langit.

“besok gue anterin lo kemana gin?”

“lo mau pulang gara gara gue rewel minta dianterin kesana kemari ya dig?”

(lo beneran mau pulang dig? Jangan ngalihin pembicaraan doong)

“nggaklah, gue udah biasa ngadepin lo yang rewel”

“besok gimana kalau kita ke kampus lo?”

“kampus gue? Ngapain gin?”

“gue kan mau cari referensi, barangkali aja gue tertarik kuliah disana”

“otak lo nyampe nggak? Hahahaha”

“hih! Gue kan sekarang udah pinter”

“siapa dulu yang ngajarin”

“hahaha, iya deeeh.. diga sensei”

“ya udah besok kita ke kampus ya?”

“oke”

Diga malah menutup matanya dan tertidur begitu saja, mom.. kita tidur berdua di kasur yang sama? Bolehkan? Toh kita nggak ngapa-ngapain.

Aku manyun. Diga bener-bener keterlaluan, dia menempelkan fotoku yang sedang tertidur di dinding kamarku! Dia bener-bener ngerjain aku habis-habisan! Jadi semalem dia itu tidurnya pura-pura? Sialaaaan!

Setelah memakinya, akhirnya kita sampai di Tri sakti. Iya kampusnya diga. Aku mulai berjalan bersamanya. Aku senang, entah kenapa aku merasa sangat bahagia ada di sampingnya, aku nggak tau kenapa. Mungkin karena tali persaudaraan kita begitu erat. Aku sering memandanginya begini. Dia sangat manis.

Tiba-tiba ada seorang cewek berambut panjang memeluk diga dari belakang dengan mesrah. Aku kaget. Ada gusaran didada ini. Pelukannya begitu lekat. Begitu dekat. Apa dia pacar diga? Selama ini, diga nggak pernah bilang kalau dia punya pacar.

“diga ayo makan…… lo kemana aja sih?” katanya manja

“makan? Oh iya, ayo gin kita makan” ajak diga

“nggak, gue mau kesana aja, lo makan aja sama dia”

“oya kenalin, gue marina”

“gue gina”

Aku melesat cepat meninggalkan diga dan pacarnya. Iya ada rasa panas yang tiba-tiba merundung ditubuhku. Rasanya aku ingin membanting dan mematahkan sesuatu yang ada didepan mataku. Kenapa aku sebego ini? Ini nggak mungkin! Aku dan diga adalah adik kakak sepupu! Dan diga punya pacar! Sebenarnya ada apa denganku Tuhan..

“halo?”

“iya”

“lo dimana gin?”

“ditaman”

“oh iya oke”

“udahlah, mendingan lo makan siang dulu sama pacar lo itu”

“pacar? Siapa?”

“marina tadi”

“bukan gin, dia bukan pacar gue”

“terus?”

“dia buka pacar gue dan lo orang yang special buat gue”

Ada tangan yang menggandeng tanganku. Iya ternyata diga sudah ada disampingku. menggandeng tanganku. Kita masih memegang handphone masing-masing.

“maksud lo orang special?” aku masih berbicara ditelephon padahal diga persis berdiri disampingku dan mengGANDENG tanganku

“entahlah”

Mungkin perasaan diga sama sepertiku. Ada banyak perubahan di antara kita. Iya setelah kejadian itu. Kejadian pertama kali dia mengajariku pelajaran. Ada rasa sayang.. atau kasih yang besar untuknya. Atau rasa ini namanya..cinta? entahlah.

Tips Menabung Emas (top rekomendasi Pegadaian Digital)

Hi, masih bingung bagaimana caranya untuk memulai menabung Emas? Berikut beberapa tips untuk kamu yang ingin memulai menabung Emas ya: ...