Kamis, 08 Mei 2014

Secangkir Rindu (Part 11)




SECANGKIR RINDU UNTUK DIGA

Kertas Biru
(part 11)


Ada bayangan putih ketika aku melihat diga. Tanganku tidak dingin lagi, kali ini rasanya begitu beda. Tanganku menghangat,dan menjadi panas. Ada luka disini, tepat di dada. Rasanya sangat perih, seperti luka basah lalu tersiram minyak tanah. Sakit sekali. Aku masih terdiam dan membeku menatap mata itu. Mata yang dulu sangat aku cintai. Sekarang, sungguh kebencianku melebihi apapun.

“kamu beneran diga pratama?” Tanya windy tiba-tiba

“iya”

“kamu beda banget, gila!”

“aku nggak gila”

“kamu habis darimana dan mau kemana dig? Tanya windy lagi

Aku masih terdiam dan menunduk. Dan aku menyibukkan diri dengan handphoneku, aku berusaha untuk bersikap biasa saja. Aku ingin menganggap semuanya lalu.

“aku dari Jakarta, setelah itu ke Surabaya, tapi ternyata aku nggak betah disurabaya. Terus aku pulang lagi ke Jakarta. Tapi ternyata orang yang aku rindukan telah hilang.  Aku sedang mencari seseorang disini. Orang itu adalah orang yang pertama aku cintai, tapi entah ada angin apa dia pergi gitu aja ninggalin aku”

“hah? Kasian banget kamu dig..” jawab windy

“bukannya kalian berdua sepupu, iya kan?”

“bukan”

Aku mendongak setelah mendengar kata “bukan” dari bibir diga. Baru kali ini dalam hidupku dia tidak mengakui status persaudaraanku dengannya.

“oh yah? Ah entahlah aku jadi bingung sendiri, hahaha” tambah windy

“aku cuma mau nitip ini buat gina”

“apa tuh? Kasih aja ke dia dig..”

“aku nggak brani wind, aku titipin ke kamu aja yah”

Aku melihat tingkah diga yang sedikit aneh. Aku seperti tidak di anggap ada olehnya.

“oh.. kalian berdua bener-bener aneh yah..hahaha”

“aku pergi ya wind”

“ya oke.. semoga kamu ketemu sama wanitamu itu ya dig”

“aku udah ketemu dia kok, wind”

“ohyah? Mana dia dig?”

“dia ada disini, ada didekat sini”

“hm.. ya udah, barangkali kamu emang lagi ditungguin dia. Bye dig”

“bye win, thanks ya”

Aku hanya menelan ludah. Yang benar saja? Dia benar-benar hanya menyapaku sekali.

“nih”

“apaan?”

“dari diga”

“buat lo aja deh”

“sebenernya kalian itu statusnya sepupu atau bukan sih?”

“penting banget yah?”

“kan kalau sepupu…”

“kenapa?”

“boleh dong lo comblangin gue sama dia”

“wah?”

“becanda.. lagian tadi lo denger nggak sih, dia nyari orang aja sampe ke singapur gini. Itu tandanya dia tuh sayang banget sama pacarnyaaa.. so sweet banget, kalo gue yang jadi ceweknya gue nggak akan deh lepasin dia. Jarang-jarang cowok punya kelakuan kaya gitu”

“hmm”

“lagian ceweknya juga bego sih! Udah dapet cowok sebaik dia masih aja ditinggalin”

“enak aja! Kalo semisal ceweknya sakit hati gara-gara dia selingkuh gimana?!”

“selingkuh? Masa sih.. ah gue sih masih percaya diga”

“ih dasar gila!!”

“kenapa lo yang marah sih?”

“siapa yang marah”

“tuh tadi lo ngomel nggak jelas”

“jelas kok!”

“eh, ini kaya surat loh gin..”

“sini suratnya!”

“tadi lo bilang nggak mau”

“siapa bilang??”

“tadi”

“kan tadi! Sekarang gue udah mau!”

“ih galak banget sih”

Aku merampas sesuatu yang diberikan diga kepada windy. Aku langsung memasukkannya ke dalam tas. Dan tidak ada niat sedikitpun untuk membukanya.

“kenapa nggak di buka sekarang?”

“penting banget yah buat lo?”

“enggak sih..”

Aku membuka handphoneku. Ada tiga sms masuk. Dari mom, dari mom, dan terakhir dari.. diga. Diga? Sejak kapan dia punya nomerku? Aku langsung mematikan handphoneku.

Setelah menunggu dua jam, akhirnya aku dan windy berjalan menuju ke pesawat. Tiba-tiba ada rasa ragu untuk melangkah. Aku duduk persis di samping jendela. Aku mencari penjepit rambut. Sungguh tanganku malah mengambil kertas itu.. kertas yang dua jam lalu di berikan diga.

“mau aku bantu buka?”

“nggak win..”

Dear gina..



Apa kabar? Aku tidak baik (yah.. walaupun kamu emang nggak pernah mau tau kabarku).. aku ingin menjelaskan beberapa hal yang mungkin nggak terlalu penting buat kamu.. yang pertama, soal aku disuruh tante untuk mengajari kamu pelajaran. Sungguh, awalnya aku menolak, tapi karna tante memohon.. aku akhirnya menyetujuinya.. aku pikir, aku akan bersusah payah mengajari kamu hal-hal yang nggak penting seperti pelajaran SMA mu itu. Tapi nyatanya, aku terus-terusan ingin belajar sama kamu. Kamu membuatku semangat belajar. Dan di hari pertama aku mengajari kamu pelajaran.. disitulah aku mulai mencintaimu..

Yang kedua, soal perkataanmu yang benar-benar membuatku sakit hati. Tapi kamu malahan diemin aku dan marah-marah nggak jelas. Kamu masih inget nggak? Pas kamu bilang.. aku boleh cemburu saat kamu deket-deket sama cowok lain, tapi giliran kamu, kamu nggak boleh cemburu. Inget nggak? Gina, aku pantas cemburu, kamu banyak yang suka begitu. Dan di depanku pun kamu masih merespon mereka. Contohnya dika, kamu mau-maunya pulang bareng sama dia. Bukannya kamu bisa telpon pak darto?? Sedangkan aku disisi lain berjuang menjaga jarak dengan cewek-cewek yang kamu sebutkan namanya satu persatu. Apa yang harus kamu cemburui?

Yang ketiga, ini tentang Karin. Aku tau kamu benar-benar sangat cemburu. Aku tau itu. Tapi ada hal yang tidak kamu ketahui tentangnya.. sejak tiga bulan kepergian Karin ke rumah Tuhan (dia mengidap leukimia stadium akhir). Hari-hariku selalu menjadi hari-hari yang penuh penyesalan. Ada banyak hal yang tidak kamu ketahui. Setiap saat aku jalan dengan Karin, aku selalu bercerita tentang kamu. Dan dia sama sekali tidak cemburu ataupun kaget. Dia tersenyum mendengar hubungan kita. Dia terus menyemangatiku untuk selalu ada buat kamu, kapanpun.

Yang ke empat, tentang status kita. Tuhan menciptakan cinta. Dan aku yakin cinta itu benar-benar universal. Cinta tidak memandang umur, jenis kelamin, usia, suku bahkan status. Aku percaya itu. Jadi, sekarang aku tidak akan malu lagi mengatakan kepada semua orang bahwa kamu adalah kekasihku.

Yang kelima, aku sudah sebulan memperhatikanmu disini. Iya disingapur. Aku tau tempat tinggalmu, aku tau dimana kampusmu dan aku juga tau tempat biasa kamu minum soda dengan windy. Aku selalu mengikutimu, tapi entah kenapa Tuhan tidak membiarkanmu menemukan aku seperti yang terjadi disinetron Indonesia.

Yang ke enam, sekarang aku duduk tepat tiga kursi di belakang kamu. Kembalilah, aku sangat mencintaimu.

Yang merindukanmu setengah mati,

Diga pratama

_________________________________________________________________________

Aku menangis. Aku benar menangis. Aku masih ingin mencintaimu, tapi aku harus melupakanmu. Lukaku masih mendera, walaupun kertas birumu telah menyembuhkan sedikit lukaku yang membiru. Tapi..

Aku berdiri, aku mencari sosok diga. Aku benar-benar merasa buta kali ini. Aku ingin sekali melihatnya. Aku mengusap air mataku. Ucapan windy bahkan tidak bisa bisa ku dengar. Aku seperti akan kehilangan nafasku. Dan aku berhasil menemukan diga. Dia tersenyum dalam sendu.

___________________________________________________________________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Menabung Emas (top rekomendasi Pegadaian Digital)

Hi, masih bingung bagaimana caranya untuk memulai menabung Emas? Berikut beberapa tips untuk kamu yang ingin memulai menabung Emas ya: ...