Selasa, 03 Juni 2014

Creutzfeldt Jakob Part 1




Rumah ini mulai sepi setelah kepergian mamah, orang terkasihku. Aku duduk terdiam di kamar, memeluk foto mamah erat. Aku masih terngiang-ngiang apa kata mamah. Bahwa beliau sebenarnya sangat mencintaiku, tapi memang mamah dan papah tidak bisa terus bersama. Di persidangan ketiga, setelah sore itu mamah pulang dan muntah banyak darah. Entah apa yang di katakan dokter, mamah tidak bisa terselamatkan.
“cantik..” kata kak reno membangunkan lamunanku, dia berjalan mendekatiku dan sekarang tepat berdiri di depanku sambil mengusap air matanya. Aku masih terdiam memandangnya, air mataku sudah tidak mengalir, tapi aku masih merasakan sakit hati yang begitu dalam. Bahkan, papah masih di singapura sekarang. Papah sama sekali tidak pernah peduli dengan mamah.
“papah udah dateng kak?” kataku akhirnya, aku memandangnya penuh harap, setidaknya hari ini adalah hari ketiga mamah pergi kerumah Tuhan, jadi papah belum terlalu terlambat.
“papah? Ngapain sih kamu terus-terusan cari papah, apa kamu nggak inget mamah baru aja..” kata kak reno terhenti dan mengusap lagi air matanya, aku memandangnya letih. Ada rasa bersalah lagi disini, aku hanya berfikir, aku tidak mau kehilangan papah setelah aku kehilangan mamah. Aku tau, kak reno dan kak rita sangat membenci papah atas hal ini. Tapi apakah aku juga harus membencinya?
“aku cuma..hanya ingin melihat papah di sini kak, di tengah-tengah kita” kataku. Mata sembabku terasa berat sekarang, pandanganku mulai kabur, mungkin karena kehabisan air mata. Kepalaku pusing tidak terkira, badanku lemas. Aku terasa akan terbang menyusul mamah di surga.
Ada teriakan keras setelah aku memejamkan mata, aku tidak bisa melihat apa yang terjadi, tapi aku masih bisa mendengar, merasakan sakit hati terus-menerus.
“cantik? Sayang? Bangun….”
“cantiiikkk…”
Aku membuka mataku sedikit demi sedikit, mungkin tadi aku hanya kelelahan. Dan pingsan. Kak rita melihatku dengan tatapan sayu. Tapi aku tahu, ada rasa amarahnya disana.
“gara-gara kamu! Mamah pergi! Dia pergi dengan nggak tenang!” kak rita menunjuk ke arahku, aku tersentak kaget. Aku hanya terdiam melihat kelakuannya. Aku masih bingung apa yang sebenarnya terjadi, aku masih duduk di kelas satu SMA. Dan kak rita sekarang sedang menyalahkan aku.
“apa-apaan sih kamu rit! Kamu kalo ngomong nggak usah ngasal deh” kak reno membentaknya dengan nada tinggi.
“kamu nggak liat gimana kelakuan dia minta mamah buat nggak cerai sama papah ren? Kamu buta yah? Hah?!!” bentak kak rita lagi
“aku juga nggak setuju mamah sama papah cerai!” kata kak reno dan mulai mendekati kak rita.
“kalian berdua sama aja! Bego!! Kalian nggak liat betapa menderitanya mamah? Liat papah kalian berdua, dia cuma bisanya pergi kesana kesini tanpa pernah peduli sama mamah! Dia egois! Dia nggak pernah mikirin mamah!! Dia nggak pernah mikirin aku! Dia nggak pernah mikirin kehidupan kita!!” tambah kak rita
Aku hampir tidak percaya, kak reno telah menampar kak rita. Keduanya menangis sendu, aku hanya bisa menahan rasa sakit hatiku sekarang. Bahkan kedua kakakku sekarang sedang perang dingin karenaku.
“sudah-sudah! Kalian semua sudah besar, kenapa kelakuan kalian masih seperti anak kecil? kekanakan!” bentak om dilan. Dia menarik kak reno menjauh dari kak rita.
Semua ini berawal dari pekerjaan baru papah di Jakarta. Kita semua pindah kesini dua tahun yang lalu, entah ada malapetaka apa, tapi setelah aku, kak reno, kak rita, mamah dan papah menginjakkan kaki di kota ini, semuanya mulai berubah. Papah, sekarang kerja di sebuah perusahaan yang mengharuskan dia pergi keluar kota. Kak reno juga sibuk dengan pekerjaannya sebagai dokter. Sedangkan kak rita, masih seperti dulu. Hanya hura-hura dengan teman-temannya.
Sejak itu, papah jarang pulang kerumah. Mamah mulai mencemaskan papah, mulailah mereka bertengkar, bertengkar di kamar, bertengkar di ruang makan, di ruang keluarga, bahkan di depan anak-anaknya sendiri. tapi kak reno dan kak rita tidak pernah peduli, entah tidak peduli atau malas melihat kelakuan papah yang sering menampar mamah. Dan mamah terlalu lemah.
Aku mulai mengidap penyakit ini, penyakit entah apa namanya. Tapi aku dengar penyakitku sangat langka. Hanya ada satu diantara sejuta manusia. Entah apa yang direncanakan Tuhan. Tapi sungguh, entah bagaimana hanya aku dan mamah yang tau. Dan mamah merahasiakan hal ini seperti dia merahasiakan penyakitnya dari orang-orang termasuk kak reno yang pekerjaanya sebagai dokter.
Aku mulai melihat perbedaan pada diriku sendiri. dadaku terkadang sangat sesak sampai aku tidak bisa bernafas. Dan mataku kabur, aku susah melihat diriku sendiri di cermin. Maka dari itu, aku mulai membenci cermin.
Aku selalu bersikap biasa kepada kak reno, kak rita, dan kepada teman-temanku disekolah. Badanku terasa ringan seperti biasa. Aku sering tidak mengikuti olahraga disekolah, karena setiap aku berlari, akan ada darah mengalir dari hidungku begitu saja.
Bulan kemarin, aku dan mamah pergi ke rumah sakit di singapur. Tepat di hari ulang tahunku, kata mamah dia ingin memastikan aku baik-baik saja. Dan pada saat itu aku memang merasa baik-baik saja. Sampai akhirnya banyak alat dokter yang menempel ditubuhku, menunggu beberapa hasil laboratorium, dan aku sama sekali tidak tahu bahwa mamah juga sibuk mengobati penyakitnya.
__________________________________________________________________________
“rin? Kamu mau kemana?” kataku malas. Hari ini aku lagi-lagi tidak mengikuti olahraga dan tentu saja teman-temanku mencibir dibelakangku, kecuali Pak rosidi. Sebagai guru olahraga, dia sering memergokiku mengusap darah yang mengalir begitu saja dari dalam hidungku
“ke perpus, kamu mau ikutan? Oya yah, dapet salam dari Rio. Katanya jangan lupa makan siang. Eh, ngomong-ngomong kalian beneran pacaran yah?” kata rina sahabatku dikelas. Langkahnya sekarang menuju kearahku.
To be continue..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Menabung Emas (top rekomendasi Pegadaian Digital)

Hi, masih bingung bagaimana caranya untuk memulai menabung Emas? Berikut beberapa tips untuk kamu yang ingin memulai menabung Emas ya: ...