Kamis, 19 Juni 2014

Kutipan Jendela



* Kutipan Jendela

Aku masih belum bisa melupakanmu sampai sekarang. Dari kamu memutuskan untuk berpisah denganku dan memilih dengannya. Ini sudah hampir delapan tahun setelah itu. Setelah sekolah kita tidak sama lagi. Aku masih rajin melihat profilmu dilayanan media social, tapi nampaknya kamu jarang memakainya.
 Aku sudah tinggal dirumahku sendiri setahun ini. Aku memilih menempati rumah yang cukup sepi dan masih bersifat pedesaan, untukku ini adalah suatu kebanggaan sendiri. aku masih bisa melihat pemandangan alami, ada danau yang cukup indah juga di dekat sini. Penduduknya ramah dan murah senyum. Aku mengunjungi rumah ibu dan bapakku sebulan sekali. Umurku menginjak 25 tahun bulan depan. Tapi aku masih saja menunggumu sama seperti delapan tahun yang lalu.
Ibu masih menanyakan kapan aku akan menikah, tapi aku hanya tersenyum. Beliau mungkin ingin melihatku bahagia sempurna. Aku sudah mencapai semua keinginanku dengan usahaku sendiri, tapi untuk yang satu ini.. aku memang butuh kepastian dari orang lain. Aku masih setia menunggu, bahkan selama tiga tahun ini aku tidak pernah membuat hatiku sakit dengan mempunyai cinta dengan lelaki lain selain kamu.
Aku masih mengingat akan ucapanmu, untuk tetap menunggumu apapun yang terjadi.. dan kamu akan menjemputku ketika umurku sudah 25 tahun, itu artinya aku harus menunggu delapan tahun setelah kamu mengucapkannya kepadaku waktu itu. Waktu dimana aku sangat mencintaimu dan kamu mencintaiku. Aku masih mengingat ucapan itu, aku masih berharap akan ucapan konyol anak yang berumur 18 tahun. Tapi entah bagaimana, kamu menjadi berubah setelah mengenal sahabatku alisya.
Sekarang, aku menggenggam erat undangan pernikahanmu. Dan yang tertulis disitu bukan namaku, tetapi nama orang lain, bukan juga alisya. Aku melihat diriku semakin bodoh. Mana mungkin selama delapan tahun aku bersikap seakan aku sudah dimiliki kamu seutuhnya dan membiarkan diriku melalui semua rintangan sendiri tanpa ada semangat dari orang yang mungkin bisa disebut ‘spesial’.
“anggi, rumah kamu bagus yah?, oya kenalin ini anita. calon istriku. cantik kan?”

“iya cantik.. bagaimana kabarmu rez? Sudah lama kita tidak berjumpa..”

“aku baik. kamu bagaimana?”

“aku juga baik..”

“oya aku dan anita kesini buat ngundang kamu dipernikahan kita nanti.. jangan lupa dateng ya?

“iya rez.. oya kamu sama anita ketemu dimana? tempat kerja ya?”

“iya nggi, aku rasa aku beruntung banget bisa ketemu sama anita..”

“iya..kamu beruntung rez..”

“oya.. kata tante, kamu masih jomblo ya nggi? Inget umurrr nggi..cepetan nyusul kita yaa..”

“hah? Iya rez.. nanti aku nyusul..”

“ya udah, makasih ya buat teh manis sama brownisnya..?”

“iya sama-sama..”
Aku melambung jauh dan terjatuh, rasanya sakit sekali. Aku menangis sekeras-kerasnya setelah kamu dan anitamu pergi. Dan hanya undangan kalian yang tertinggal. Mimpi, kata-kata, semua yang terucap tak mungkin bisa ditarik lagi, bukan?
Selamat menikah Reza Pangestu, semoga Tuhan selalu memberkatimu. Inilah doaku yang selalu aku ucapkan dari delapan tahun yang lalu. Waktu dimana ada cinta di antara kita. Terima kasih telah menemani waktu lajangku selama ini dengan bayangmu yang tidak pernah nyata.
Selamat ulang tahun yang ke – 25 Anggi Winasti. Saatnya mencoba membuka diri dan hati untuk orang lain selain lelaki yang telah lama ditunggu kehadirannya tapi hadir dikehidupan wanita lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Menabung Emas (top rekomendasi Pegadaian Digital)

Hi, masih bingung bagaimana caranya untuk memulai menabung Emas? Berikut beberapa tips untuk kamu yang ingin memulai menabung Emas ya: ...