Rabu, 16 April 2014

Secangkir Rindu (Part 2)



SECANGKIR RINDU, UNTUK DIGA


MATEMATIKA, MATILAH KAU!!
(part 2)

Aku ingin mati saja setelah melihat, meraba dan memelototi hasil ulangan matematikaku. Yang benar saja? Aku sudah belajar mati-matian dan bersungguh-sungguh mengerjakan semua soal ibu Rilia kemaren. Dan hasilnya? Hampir tujuh puluh persen tanda silang memakai bolpoin merah tertera dikertas ulanganku. Nafasku terengah-engah melihatnya. Badanku serasa lemas, dan bibirku diam sepuluh ribu bahasa. Bagaimana caranya aku ngomong sama mommy soal ini?

“ginnnnnaaa…..”

Langkah kakiku yang semula terhuyung-huyung menjadi berhenti sejenak. Aku mendengar teriakan mommy, padahal aku belum sempat memberitahu dia tentang nilai matematikaku yang sangat membuatku frustasi setengah hati. Iya setengah hati. Tapi mommy kan nggak terlalu bodoh? Mungkin ibu rilia sudah menelponnya dan memaki diriku didepan mommy.

“iya mom..” suaraku serak, dan mukaku memelas menatap mommy.

“gin, mana diga? Seharian dia nggak kelihatan sama sekali?”

“diga? Mommy gimana sih! Anaknya sendiri pulang yang ditanyain malah anak orang lain! Mommy sekarang udah nggak mau perhatian sama gina? mommy jahat!” kataku nyerocos setelah mendengar nama DIGA. Untuk kesekian kalinya mommy mencari diga disaat anak satu-satunya masuk ke rumah karena baru pulang sekolah. Dan itu sangat membuatku ingin memaki-maki diga dan mengusirnya dari sini.

“udah deh, nggak usah sok ngambek gitu, mana si diga sih? Cari dia cepetan gin. Mom mau ngajakin dia lunch sekalian sama daddy, daddy kan baru pulang dari Balikpapan”

“oh my God mom…”

Aku mematung, sedangkan mom berjalan mondar-mandir mencari diga. Lagian kemana sih tuh anak? Ngrepotin aku aja. Kenapa sih mau lunch aja bawa-bawa si diga. Apa mutunya coba dia? Yang ada billnya malah tambah bengkak? Iya kan? Arghhr.

Setelah satu jam muter-muter nyariin si cecunguk diga, dan akhirnya dad nelpon mom, katanya dad udah nunggu diresto, mom malah bingung, dia bingung kenapa? Iya cuma gara gara diga nggak ada. Nggak mungkin kan kalau diga diculik? Mana ada penculik yang mau nyulik dia coba?

“ayo gin, kita nemuin daddy sekarang, kamu nggak usah ganti baju”

“loh? Tapi kan mom, ini baju osis, malu lah, gina ganti baju sebentar mom” kataku melesat, tapi tangan mom lebih cepat menarik tanganku dan berhasil menggiringku ke dalam mobil

Aku menggerutu dan terdiam, ingin sekali marah tapi tiba-tiba aku mengingat lagi nilai matematikaku yang terkutuk. Berarti mom belum tau tentang nilaiku. Hmm, sekarang aku harus memikirkan alasan yang tepat kenapa nilaiku bisa separah itu. Apa yah?

..mungkin.. mom waktu itu kepalaku sangat pusing, aku benar-benar khilaf?...

..atau mungkin? Aku sebenernya bisa mom, tapi bolpoinnya abis.

haaaah nggak mungkin. Alasan macam apa kaya gitu. Aduh aku musti pikir cepat, nanti kalau lagi makan ibu rilia tiba-tiba nelpon? Ngomong sama mom didepan dad? Bisa mati aku.

Setelah hampir lima belas menit diperjalanan dan syukurnya tidak terlalu macet. Mom tiba-tiba memandang ke arahku aneh.

“gina”

“iya mom”

“besok kamu berangkat sekolahnya di anterin diga yah?

“loh? Emangnya pak darto besok mau kemana?”

“nggak kemana-mana, nggak apa apalah sekali-kali nyuruh dia duduk santai dirumah kan nggak apa apa. Pak darto kan udah tua gin.. liat deh, rambutnya sebagian udah putih”

Iya juga kata mom, kok aku nggak seperhatian itu yah? Padahal pak darto selalu perhatian sama aku. Selalu siap sedia kemanapun aku pergi. Selalu terima kalau terkadang aku marah-marah nggak jelas. Padahal kan itu bukan salah pak darto. Aku lagi kesel aja sama temen sekelas, apalagi si mira tuh, udah jelek nyebelin lagi! Ih.

“kenapa nggak daddy aja yang nganterin?”

“apa? Gina, daddy kan sibuk.. masa iya nganterin sekolah aja harus daddy. Diga kan kuliahnya agak siang juga besok. Terus pulangnya biar nanti mom ngomong sama diga biar bisa jemput kamu juga”

“jemput? Nggak usah mom, nanti aku bisa minta di anterin nella.”

“oh ya udah”

Akhirnya selesei juga makan siang sama dad and mom and diga. Iya diga. Ternyata dia udah sama dad dari dad nelpon mom. Ini sama sekali nggak bisa aku bayangin, alasan dia nggak bisa dihubungin juga klasik. Baterei low.

Malam ini, aku berniat ingin ngomong sama mom and dad tentang hasil ulanganku. Daripada nantinya aku nggak bisa tidur semalaman. Tapi rasanya seperti akan ada bom yang meledak, aku harus pasang wajah yang sangat memelas.

“mom..”

“iya honey, bunny, sweety…”

“nilai ulanganku…maksudku nilai ulangan matematikaku…”

“merah?”

“.i..iya mom” aku langsung menggunakan jurus memelasku.

“iya mom udah tau, dad juga udah tau. Dan kita sepakat, setiap malem diga lah yang akan ngajarin kamu. Semua pelajaran dan kamu gina, mom nggak mau tau kamu harus nurut sama diga”

“apa? Mom sama dad bercanda kan?”

“nggak gina, kami sudah mensurvei semua nilai ijazah diga dan hasilnya sangat memuaskan, apalagi tadi siang dad udah nelpon sama farid kalau memang diga itu anaknya pinter”

“tapi mom…”

“dan diga juga udah setuju, mulai malam ini setiap jam 7 sampai jam 9 malem, kamu harus belajar”

Aku hampir menelan pensil yang aku pegang daritadi. Aku berjalan terhuyung menuju kamar. Aku nggak tahu apa yang ada dalam pikiran mom. Semuanyaaaaa serba diga. Entah sekarang mungkin aku ini adalah anak tirinya.

“gin, ayo belajar”

“emang lo pikir kalau mom ngomong kaya gitu, gue bakalan mau belajar sama lo? Hah?”

“yee.. kalo nggak mau ya udah. Gue juga males ngajarin lo. Lagian lo kok bego banget sih, matematika bisa dapet 30”

“diem lo!”

 Aku menatapnya dingin, aku ingin sekali mebekapnya kali ini. Aku kira dia sudah berubah tapi ternyata.. sekarang dia lebih parah, dia menarik semua perhatian keluargaku. Mom and dad. Semuanya perhatiin diga diga dan diga. Sekarang aku harus nurut sama diga? Manusia mana yang mau di siksa begini!

“minggir lo! Ngapain berdiri depan pintu kamar gue!”

“tanteeeeee, gina nggak mau belajar tuuuh”

Teriakkan diga menyayat hatiku. Diga bener-bener membuatku stress!

“nggak mom, diga bohong! Orang aku mau belajar kok, dia aja yang berdiri terus didepan pintu kamar ku”

“ya udah tante, sekarang aku udah mau ngajarin gina blajar kok, nih sekarang gina udah ngijinin aku masuk ke kamarnya”

“apa lo bilang?” tanyaku dengan suara kecil

Daripada amukan mom berkobar, mending aku nurut aja sama omongan diga, yang benar saja? Dia akan masuk kekamarku setiap malam sekarang. Dan aku akan di dekat dia dari jam 7 sampe jam 9 malem? Oh mother of God..

“kerjain soal ini gin”

“nggak mau”

“apa perlu gue bilang ke tante lagi?”

“lo bener bener ya dig…”

Aku terus memandangi kertas folio berisi lima soal dari diga yang HARUS aku kerjain malam ini. Gimana besok? Besoknya lagi? Dan lagi? Mungkin lama-lama dia bakalan kasih gue 3000 soal semalam dan tertawa jahat di depanku.

“udah nih”

“salah semua, ulangin lagi”

“apa? yang bener aja? Lo kan belum liat jawaban gue dig? Main tebak salah! Lihat dulu jawabannya!”

“gue udah liat, udah deh lo kerjain ulang”

“sialan lo”

Aku terus menatap dia sengit, ada rasa dongkol yang terus menerus meninggi di dada. Baru kali ini seumur hidup gue ada yang ngerjain gue sampe sebegininya.

“udah selesei”

“nomer 3 dan nomer 5 masih salah gin, coba lebih teliti lagi”

“terus apa gunanya elo ngajarin gue kalau gue terus yang ngerjain??? Elo dong yang mustinya ngerjain!”

“cepetan kerjain lagi nomer 3 sama nomer 5, atau mau aku panggilin tante?”

Aku lemas, dan kenapa jam disini jadi sangat lamban? Kenapa jam 9 tuh lama banget. Akhirnya aku melamun sendiri, ketawa-ketawa kecil, bayangin si diga dulu yang gendutnya abis-abisan. Udah kaya anak gajah tau nggak. Tapi kok sekarang dia udah nggak gendut yah? Aku memandangi diga yang sedang serius membaca buku. Entah buku apa itu. Lagi-lagi, aku ketawa kecil.

“udah selese gin?”

“belum”

“nyerah?”

“iya..”

“kapan kamu remidi matematika?”

“seminggu lagi”

“oke udah cukup belajarnya. Besok gue kasih soal baru dan lo musti bisa kerjain.”

“yang bener aja? Ini aja belum selese, udah kasih soal lagi!”

Tanpa mendengar keluhanku diga beranjak pergi sambil membaca bukunya, berlalu dari wajahku. Apa aku bilang, dia bakalan kasih aku sejuta soal matematika!

______________________________________________________

Setelah berjuang menghadapi diga dan soal matemetika remedial. Akhirnya aku medapat nilai delapan! Iya delapan dengan usahaku sendiri, aku hampir menangis.. baru pertama kalinya aku mendapat nilai matematika sebagus ini tanpa menyontek. Padahal hasil ulangan originalku kemaren juga cuma hasil contekanku saja yang benar. Diga bener-bener guru private yang killer. Setiap kali aku nggak bisa ngerjain satu soal saja, dia bakalan ngadu ke mom. Dan mom ada monster yang sangat… membuatku frustasi.

Matematika? Kamu mati ditanganku sekarang! Dengan langkah bangga melewati gerbang sekolah dan melambaikan tangan senyum bahagia, aku mencari mobil jeep yang biasanya digunakan diga untuk menjemputku. Iya dia sepupu, guru, dan supirku.

_________________________________________________________

To be continue di *Berdua saja, with DIGA PRATAMA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Menabung Emas (top rekomendasi Pegadaian Digital)

Hi, masih bingung bagaimana caranya untuk memulai menabung Emas? Berikut beberapa tips untuk kamu yang ingin memulai menabung Emas ya: ...