Kamis, 17 April 2014

Secangkir Rindu (Part 3)


SECANGKIR RINDU, UNTUK DIGA


*Berdua saja, with DIGA PRATAMA
 (part 3)

Ternyata belajar itu tidak seperti yang aku bayangkan. Semuanya menjadi lebih baik, mom and dad juga sekarang lebih percaya sama aku tentang nilai-nilaiku. Ternyata juga diga orangnya baik, iya walaupun dia agak songong kalau lagi ngajar, tapi banyak sisi kebaikannya juga. Aku masih inget banget waktu aku lagi di ajarin pelajaran IPA, iya IPA. Aku malah ketiduran di meja belajar karna mungkin hari itu kecapean dan hanya ditinggal turun diga ke dapur di lantai satu. Kalau dia jahat, aku yakin aku bakalan di siram pakai air, dan dia akan memaki-makiku. Tapi nyatanya, dia malah memindahkan aku ke kasur dan menyelimutiku. Iya memindah yang berarti menggendongku dari meja belajar kekasur.

Sekarang, aku yang kecanduan pelajarannya diga. Kalau saja dia ijin tidak mengajar, satu malam saja karena ada keperluan yang nggak bisa ditinggalin, aku bakalan minta double jam di hari berikutnya. Iya aku serius. Diga benar-benar membuatku mencintai pelajaranku.

“gin…”

Aku terbangun dari lamunanku, diga sekarang berdiri di ambang pintu kamarku. Memakai kaos oblong putih, rambutnya masih berantakan, dan menguap. Lalu tersenyum kecil.

“kenapa?”

“tante sama om mana?”

“mereka ke Pekanbaru”

“sejak kapan?”

“tadi pagi”

“tadi pagi? Yang bener aja? Kok aku nggak denger apa apa sih gin?”

“liat deh, sekarang jam berapa”

“astaga! Jam 12 siang??”

“iya”

Aku masih pasang muka agak cuek. Tapi aku terkekeh melihat dandanan kesehariannya. Dia akan berjalan bolak balik kesana kemari dengan rambut yang seperti itu.

Tiba-tiba diga menatapku curiga, dan mulai mendekatiku. Sekarang dia duduk tepat di depanku. Diga mencubit pipinya sendiri dan memandangku lagi, kali ini lebih dekat. Aku terdiam.

“woy!” kataku akhirnya mengagetkan diga

“gin, gue laper”

“hah?” kataku gagap

“lo bisa masak?”

“bisa”

“masak apa?”

“mie instan” kataku enteng dan tersenyum

“halah dasar anak cewek! Nggak bisa ngapa-ngapain lo ya??”

“yeeeeee, biarin. Kalo mau makan masak aja sendiri”

Diga bangkit, lalu dengan cueknya berjalan menghilang, aku mendengar dia menuruni tangga dan memutar air kran di dapur. Iya dapur. Dia beneran mau masak? Biarin ajalah. Diga masak sendiri buat dia kan? Masakannya nggak enak bodo amat.

Lalu aku berbaring ditempat tidurku lagi, mengingat-ngingat lagi kejadian masa kecil dulu bersama diga. Sama arya, sama putri. Aku ketawa-ketawa kecil dan berusaha untuk tidak mengeluarkan suara. Ada kalanya semua itu membuat aku rindu. Tapi sayang putri sekolah di australi, karena memang papahnya asli orang sana. Kalo arya, setahuku dia sedang mengambil kuliah juga bukan? Tapi entah dimana.

Ada bau makanan dari dapur, rasanya bau ini.. aku menuruni tangga, tepatnya agak berlari lalu aku melongo dan menghampiri diga. Dia sedang duduk manis di meja makan dengan membawa dua piring yang berisi makanan.

“lo delivery darimana dig?”

“bukan urusan lo”

“emang itu namanya apaan? Keliatannya enak banget, boleh cobain nggak?”

“ini namanya chicken steak cheesy, kalo yang ini nasi goreng (masa lo nggak tau?) tapi dikasih sedikit wortel and sosis”

Glek. Entah darimana diga bisa mendapatkan makanan itu semua. Aku duduk persis didepannya.

“lo mau gin?”

“iya, boleh nggak dibagi dua?”

“nggak boleh, enak aja”

“ayolah diga, lo tega sepupu lo mati kelaperan?”

“tega dong”

“diga please, gue mau dong steaknyaaa…..”

“ada, tuh ambil didapur”

Aku langsung berlari kedapur, mencari steak yang di katakan oleh diga.

“mana dig… kok nggak ada yaaa?” teriakku dari dapur

“emang nggak ada, hahahaha”

“dasar lo kucing sempoaaa! Ngerjain orang kelaperan! Gue harap malaikat catet tuh kejahatan elo!”

“hahahaha, udah sini makan steaknya”

“mana steaknyaaaaa?”

“iya ini dimeja makan, orang gue cuma masak satu doang, sejak kapan gue suka makan ayam kaya gitu. Gue masak kaya gitu yang pasti buat elo lah”

Aku menghampiri diga, lalu duduk lagi didepannya. Dan langsung melahap steak yang ‘katanya’ hasil masakan diga.

“ini beneran lo yang masak dig? Gila! Enak banget, lo kok nggak pernah cerita sama gue kalau lo pinter masak? Terus gimana caranya? Kok steaknya bisa kaya gini rasanya, sumpah! Ini steak terenak yang pernah gue makan!”

“astaga, lo makan ngomong terus sih gin”

Ternyata selain pinter, dia juga jago masak. SEMPURNA! Untuk ukuran cowok yang seperti dia, dia ya…. Lumayan ganteng lah. Badannya bagus, tinggi dan alisnya itu loh. Waaaah betapa beruntungnya aku. Walaupun mom nggak ada dirumah, tapi ada yang akan masakin buat aku. Dan masakannya lebih enak dari mom!

Malam ini, aku melamun lagi di kamar. Sengaja pintu kamarku aku buka lebar. Iya aku sengaja agar  diga sesekali melihatku dan memastikan aku baik-baik saja. Mom akan lama di pekanbaru. Dan benar dugaanku diga berangsur mendatangiku, tiba-tiba dia mengambil alih kasurku. Iya tidur disampingku sekarang!

Jantungku tiba-tiba berdetak sepuluh kali lebih cepat, aku tidak sanggup memandanginya jika sedekat ini. Dan selama ini, diga baru tidur disampingku. aku masih terdiam, dia pun juga. Rasanya aku ingin sekali memberhentikan waktu sekarang.

“gin.. lo tau nggak?”

“apa” kataku masih menatap ke langit-langit

“gue mau pulang kesurabaya setelah tante sama om pulang”

Aku tertegun dan langsung menatapnya.

“ya bagus kalau gitu, kenapa nggak dari kemaren aja pulangnya?” kataku ketus

(lo mau pulang?? Ngapain?? Bukannya kuliah lo masih lama?”)

“hmm”

Diga mendesah. Aku berpaling lagi menatap langit-langit.

“besok gue anterin lo kemana gin?”

“lo mau pulang gara gara gue rewel minta dianterin kesana kemari ya dig?”

(lo beneran mau pulang dig? Jangan ngalihin pembicaraan doong)

“nggaklah, gue udah biasa ngadepin lo yang rewel”

“besok gimana kalau kita ke kampus lo?”

“kampus gue? Ngapain gin?”

“gue kan mau cari referensi, barangkali aja gue tertarik kuliah disana”

“otak lo nyampe nggak? Hahahaha”

“hih! Gue kan sekarang udah pinter”

“siapa dulu yang ngajarin”

“hahaha, iya deeeh.. diga sensei”

“ya udah besok kita ke kampus ya?”

“oke”

Diga malah menutup matanya dan tertidur begitu saja, mom.. kita tidur berdua di kasur yang sama? Bolehkan? Toh kita nggak ngapa-ngapain.

Aku manyun. Diga bener-bener keterlaluan, dia menempelkan fotoku yang sedang tertidur di dinding kamarku! Dia bener-bener ngerjain aku habis-habisan! Jadi semalem dia itu tidurnya pura-pura? Sialaaaan!

Setelah memakinya, akhirnya kita sampai di Tri sakti. Iya kampusnya diga. Aku mulai berjalan bersamanya. Aku senang, entah kenapa aku merasa sangat bahagia ada di sampingnya, aku nggak tau kenapa. Mungkin karena tali persaudaraan kita begitu erat. Aku sering memandanginya begini. Dia sangat manis.

Tiba-tiba ada seorang cewek berambut panjang memeluk diga dari belakang dengan mesrah. Aku kaget. Ada gusaran didada ini. Pelukannya begitu lekat. Begitu dekat. Apa dia pacar diga? Selama ini, diga nggak pernah bilang kalau dia punya pacar.

“diga ayo makan…… lo kemana aja sih?” katanya manja

“makan? Oh iya, ayo gin kita makan” ajak diga

“nggak, gue mau kesana aja, lo makan aja sama dia”

“oya kenalin, gue marina”

“gue gina”

Aku melesat cepat meninggalkan diga dan pacarnya. Iya ada rasa panas yang tiba-tiba merundung ditubuhku. Rasanya aku ingin membanting dan mematahkan sesuatu yang ada didepan mataku. Kenapa aku sebego ini? Ini nggak mungkin! Aku dan diga adalah adik kakak sepupu! Dan diga punya pacar! Sebenarnya ada apa denganku Tuhan..

“halo?”

“iya”

“lo dimana gin?”

“ditaman”

“oh iya oke”

“udahlah, mendingan lo makan siang dulu sama pacar lo itu”

“pacar? Siapa?”

“marina tadi”

“bukan gin, dia bukan pacar gue”

“terus?”

“dia buka pacar gue dan lo orang yang special buat gue”

Ada tangan yang menggandeng tanganku. Iya ternyata diga sudah ada disampingku. menggandeng tanganku. Kita masih memegang handphone masing-masing.

“maksud lo orang special?” aku masih berbicara ditelephon padahal diga persis berdiri disampingku dan mengGANDENG tanganku

“entahlah”

Mungkin perasaan diga sama sepertiku. Ada banyak perubahan di antara kita. Iya setelah kejadian itu. Kejadian pertama kali dia mengajariku pelajaran. Ada rasa sayang.. atau kasih yang besar untuknya. Atau rasa ini namanya..cinta? entahlah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Menabung Emas (top rekomendasi Pegadaian Digital)

Hi, masih bingung bagaimana caranya untuk memulai menabung Emas? Berikut beberapa tips untuk kamu yang ingin memulai menabung Emas ya: ...