Rabu, 30 April 2014

Secangkir Rindu (Part 5)


Secangkir rindu untuk Diga

*Saudara atau Pacar?
(part 5)

Kuliah hari ini sangat membosankan. Apalagi diga yang seharian ini belum memberi kabar padaku. Aku membelikannya sebuah kado kecil. aku selalu membayangkan wajah polosnya ketika baru saja terbangun dari tidurnya. Wajahnya akan benar-benar terlihat lucu. Rambutnya berantakan. Iya aku sering sekali mengintipnya ketika dia benar-benar terbangun oleh tidurnya setiap pagi.

Aku berniat datang melihatnya bermain basket setelah kelasku selesei. Aku juga tidak lupa membawakan handuk kecil, pocari sweat, dan roti keju kesukaannya. Suara ibu dina membangunkan lamunanku, wah.. dia memang dosen paling bawel yang pernah aku temui di dunia ini. Terkadang aku terheran-heran, wajahnya memang lumayan cantik, tapi galaknya luar biasa, apalagi kalau-kalau ada mahasiswa yang tertidur atau ngobrol di kelasnya, mereka akan berada di ujung kematian.

“gina, maju presentasi sekarang”

“iya bu” aku mengumpat dalam hati. Kenapa ibu dina selalu mengenal namaku dengan lengkap. Dia menganggapku mahasiswa yang paling mendengarkan ocehannya. Padahal aku hanya ingin berada di titik aman dengan selalu diam disetiap kelasnya.

“lihat gina, dia sudah cantik, pintar lagi? Kalian apa-apaan? Hah? Ini kan PR dari minggu kemaren, kenapa ada yang sama sekali belum membuat rekapan untuk presentasi? Kamu doni! Kenapa buku makro kamu masih sunyi sepi?”

Aku melirik kanan-kiri, aku baru sadar ternyata sedari tadi ibu dina telah mengobarkan api kemarahannya. Aku menghela nafas, untung saja aku sekarang rajin belajar. Ini semua karena diga, aku sangat bersyukur karena diga telah hadir dihidupku, terima kasih Tuhan.

___________________________________________________________

Aku menyemangati diga dengan suara sarauku. Aku meloncat-loncat ketika wasit membunyikan peluit yang berarti permainan selesei dan tim nya diga menang.

“nih minumannya” kataku sembari tersenyum bangga (diga tersenyum dan mengacak-ngacak rambutku)

“makasih”

“keren banget tadi, tumben kamu keliatan keren hari ini” kataku lagi

Seorang teman diga tiba-tiba mendekati kami, namanya feri kalau tidak salah. Dia juga terlihat dekat dengan diga. Mungkin salah satu teman akrabnya.

“hei” sapanya

“hei juga” kataku singkat dan tersenyum

“eh dig, dia gina kan? Sepupu lo?”

“iya”

Aku terdiam, ada rasa yang ingin aku ledakan sekarang. Lagi-lagi diga mengakui aku sebagai sepupunya lagi. Bukan sebagai pacarnya. Mukaku memerah, bukan malu tapi marah. Tiba-tiba aku ingin sekali pulang.

“diga, aku mau pulang” kataku dengan wajah datar

“kok gitu?” Tanya feri

“aku ada keperluan sama mom” kataku mengarang

“iya hati-hati” kata diga

Aku melihatnya, ada air di mataku yang hampir terjatuh. Aku menahanya dan langsung menghilang dari diga dan feri. Aku berlari menjauh dan mengusap air yang tiba-tiba mengendap di kelopak mataku.

___________________________________________________

“gin”

Tanganku ada yang menarik, aku masih berdiri menahan tangis di depan gerbang. Tapi ternyata pertahananku memudar, aku menangis. Aku benar-benar menangis lagi untuk kesekian kalinya. Karena status aku dan diga yang tidak pernah mereka tahu.

“gina sorry.. aku nggak tau musti gimana lagi, mereka semua udah tau kalau kita memang saudara”

“…..”

“gina please..ngomong”

Tangisanku lebih menjadi-jadi.

“seharusnya dari awal kamu nggak usah jatuh cinta sama aku!” bentakku sambil menangis

“gin..”

“kamu selalu aja bikin aku nangis! Kamu nggak pernah mau ngakuin ke orang-orang kalau pacaran! Kamu nggak pernah tau perasaan aku!”

“tapi gin..”

“apalagi?! Kamu marah sama aku kalau aku deket sama cowok lain! Kamu nggak pengen aku deket sama yang lain! Aku bahkan nggak boleh ikut camping kelas waktu itu karena ridho ikut? Iya kan?!!!! Kamu boleh cemburu, tapi apa?? Kamu sama sekali nggak pernah tau perasaan aku.. waktu kamu bilang kita cuma saudara..”

“……”

“aku selalu diam dari dulu, aku menghargai mereka semua temen-temen akrab kamu. Tapi apa kamu nggak….” Aku terdiam. Aku melepaskan tangan diga yang sedari tadi menahanku pergi. Pas sekali ada pak darto. Aku langsung menyelinap ke mobil. Pak darto seperti malaikat saat ini, aku baru menelponnya 10 menit yang lalu.

____________________________________________

Malam yang sunyi, kamarku sunyi sekali. Dad sama mom juga belum pulang. Aku baru inget kalau mereka ada acara di kantornya dad. Itu artinya lagi-lagi aku akan berdua dengan diga semalaman ini. Aku malas, tapi mataku tetap saja tidak bisa terpejam.

Tidak ada suara apapun di rumah sebesar ini selain detak jarum jam. Aku juga tidak mendengar apapun dari kamar diga. Tapi aku sudah melihatnya pulang tadi sore. Apa mungkin aku terlalu kekanak-kanakan? Untuk masalah status.. ini memang bukan salah diga sepenuhnya kan? Wajar saja dia memberitahu teman-temannya kalau aku ini adalah saudara sepupunya, dan memang kenyataannya begitu bukan?

Aku hampir meraih gagang pintu kamar diga, tapi aku membatalkan niatku lagi. Sepertinya diga sudah tidur karena kecapean. Aku takut mengganggu. Dering telfonku berbunyi, aku berjalan lemas kembali ke kamarku. Aku melotot melihat siapa yang menelponku. *Sayangku Diga*

“halo..”

“iya..”

“maafin aku ya gin..”

“hmm” (ini beneran kamu dig?)

“gin…maafin aku yaa..”

“kamu dimana dig?”

“dikamar”

“terus ngapain telpon?” (kamu lagi gila ya dig?)

“soalnya…”

“soalnya kenapa?” (aku tersenyum)

“aku takut ngeliat kamu marah kaya tadi sore, ih galak banget”

“aa..aapa?” (sialan!)

“maafin ya?”

“nggak mau”

“kenapa nggak mau, nanti cantiknya ilang loh..”

“biarin”

“ayo dong maafin aku…”

“kamu musti kesini, baru aku maafin”

“kalau aku kesitu, bakalan di marahin lagi nggak?”

“tergantung”

“kok gitu sih?”

“maunya gimana?”

Diga sudah diduduk di sebelahku. Tapi kita masih berbicara didalam telephon.

“sekarang udah dimaafin belum, haloo?”

“belum”

“kenapa?”

“kamu belum peluk aku”

“hah?”

“kenapa?”

“takut”

“kenapa takut?” kataku terheran-heran

“pas lagi aku peluk tiba-tiba nanti kamu marah kaya serigala terus gigit aku. Kan gawat?”

“apa???” aku langsung melirik ke arahnya. Bibirku manyun tidak terkira. Aku merasakan kehangatan pelukannya. Aku terdiam. Hatiku diam. Jantungku juga terasa diam.

“gina..aku sayang sama kamu, aku nggak mau bikin kamu sedih”

To be continue..




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Menabung Emas (top rekomendasi Pegadaian Digital)

Hi, masih bingung bagaimana caranya untuk memulai menabung Emas? Berikut beberapa tips untuk kamu yang ingin memulai menabung Emas ya: ...