Selasa, 29 April 2014

Secangkir Rindu (Part 4)



SECANGKIR RINDU UNTUK DIGA

*SURABAYA, I AM COMING


(Part 4)

Aku menangis tak terhenti, malam ini lagi-lagi aku mengingat semua kebersamaanku dengan diga. Walaupun baru dua minggu dia di Surabaya, aku benar-benar sangat merindukannya. Dan bahkan dia tidak menelponku, dia hanya mengupgrade instragramnya beberapa hari yang lalu. Dia mengupload foto lollipop warna warni yang mungkin saja baru dia beli.
Aku terus mondar mandir dikamar. Rasanya aku ingin sekali terbang kesana! Terbang? Oh Tuhan, kenapa baru muncul ide itu. Aku langsung menghapus air mataku yang sedari tadi mengalir. Lalu berlari menuju ke kamar mom.
“mom” kataku dengan muka sedatar mungkin, dengan menenteng buku Statistik yang akan menjadi alasan terkuatku kali ini.
“kenapa gin? Jangan bilang mau nanya tentang Statistik yah”
“loh? Mom kok gitu banget sih? Terus gina musti nanya siapa dong? Mom maunya gina pinter, tapi mom nggak mau jawab pertanyaan gina!” aku memasang muka kesal
“Tanya dad gih”
Aku langsung melirik ke arahnya. Dad memandangku curiga, dia masih memegang erat majalahnya dengan seksama.
“kau cari sajalah di google gin, jaman sekarang kan apa-apa sudah canggih”
“tapi dad! Aku juga perlu penjelasan lisan, aku kan emang butuh lebih pengertian sama pelajaran. Dad, ayolah”
“kau telfonlah diga”
“diga?” aku tersenyum dalam hati, tepat sasaran.
“iya, kau kan bisa hubungi dia, dia itu kan hanya liburan. Pasti banyak waktu luangnya”
“aku udah telfon dia kok! Tapi nggak di angkat”
“ya sudah, dad telfon saja ke om farid, nanti kau minta sambungkan saja ke diga yah”
“oke”
Aku langsung merebut handphone dad, rasanya aku ingin tersenyum lebar saat ini, aku beranjak lari ke kamar. Baru kali ini, dadaku berasa begitu bergetar, rasanya sudah seribu tahun aku tidak mendengar suara diga. Dan kali ini, aku akan menelfonnya melalui om farid.
“hallo, iya kenapa kris?”
“ini aku om, gina..hehehe” kataku agak sedikit grogi
“oh..ginaaa, tumben sekali kau telfon sayang, ada apa? Tumben kau telfon pakai nomer daddymu, bagaimana kabarmu disana? Baik kan? Mommy juga? Masih cantik dia?” (tertawa terbahak)
“iya nih om, gina kangen sama om sama tante juga, mom sama dad baik semua….”
“oh baguslah, ngomong-ngomong ada apa kau menelfon om?”
“aku mau ngomong sama diga om, eh! Maksudku mau tanya tentang pelajaran”
“pelajaran? Oh baiklah, kau beruntung sekali gina, diga baru saja pulang”
“boleh bicara nggak om sama diga”
“boleh, sebentar yah..om sambungin”
Akhirnyaaa, sebentar lagi. Aku bakalan ngomong sama diga. Aku sangat tidak bersabar.
“halo..”
“halo dig..”
“iya gina, kenapa?”
“aku mau nanya pelajaran” (aku kangen sama kamu)
“iya gina, pelajaran apa?”
“Statistik” (kamu nggak kangen sama aku?)
“iya, kenapa? Coba bacain soalnya”
“hah?” (kamu kenapa sih? Nggak peka banget!)
“halo…”
“iya dig..” (kamu beneran nggak kangen sama aku diga? Aku nelfon kamu kan bukan karna buat nanyain pelajaran, aku tuh…)
“sayang…”
“apa? Diga, aku kira kamu benar-benar amnesia tentangku! Kamu kemana aja? Kenapa nggak pernah bbm aku? Aku telfon juga nomer kamu sering nggak aktif..kamu jahat”
“loh? Tuh kan baru nelfon aja kamu udah marah-marah, apalagi kalau kita ketemu?”
“aku tuh kangen, bukan marah-marah! Lagian kamu liburan kok lama banget sih! Aku kan kangen banget sama kamu… liburan tahun kemaren kamu tiap hari nelfon, sekarang malah nomer kamu nggak diaktifin”
“iya iya..maaf..”
“lagian kenapa sih? Kamu juga nggak cerita apa-apa tentang liburan kamu kali ini”
“iyaaa bawel… aku sempat sakit loh kemaren”
“hah sakit??? Kenapa kamu nggak ngomong sama aku..” (sakit? Benarkah..)
…………………………………..
Mungkin ada baiknya kalau aku nyamperin diga ke Surabaya? Bukankah aku sudah lama tidak mengunjungi om dan tante? Ah dad sama mom pasti juga sangat setuju dengan ideku ini. Yah.. betul. Aku akan menyusul diga ke Surabaya. Aku akan melihatnya lagi. Aku akan berbicara panjang lebar dengannya lagi. Aku benar-benar telah merindukan diga.
Setelah memohon kurang dari seribu kali, akhirnya mom and dad menyetujuinya. Sebenernya mom and dad telah membelikanku tiket ke singapur, tanpa sepengetahuanku. Iya ke singapur untuk liburan.
*Surabaya (Rumah Diga)

“tante?”
“ya ampun ginaa, kau sudah datang. Kau ini tambah cantik saja yah..”
“makasih tante” kataku tersenyum sembari melihat-lihat suasana rumah diga yang benar-benar berubah.
Seharian ini aku dengan tante ke salah satu mall disurabaya, kami keliling mall dan membeli beberapa baju serta make up. Aku berjalan dengan orang yang telah melahirkan diga, diga yang sangat aku cintai. Terkadang ada rasa takut yang sangat mendalam, kalau mengingat status kita sebagai saudara.
Aku mengajak tante makan siang di salah satu restoran favoritku, ada chicken katsu yang sangat enak disana. Dan tante menyetujuinya. Tante sangat berbeda dengan anaknya sendiri, diga sama sekali tidak menyentuh makanan yang ada dagingnya sedangkan tante, dia bahkan termasuk orang yang doyan makan daging-dagingan sama sepertiku. Syukurlah, ternyata masih ada keluarga diga yang normal yang mau makan daging. Mungkin ayah diga adalah virus dari semua kelakuan diga, yang susah ditebak. Tiba-tiba baik, tiba-tiba cuek, tiba-tiba marah.
Aku masih inget, waktu itu aku baru selesei kuliah jam tiga sore, aku tidak tau menahu kalau diga akan menjemputku, sedangkan dia bilang dia akan ada kuliah sampai jam lima. Karna itu aku menerima andika mengantarkan aku pulang. Setiba dirumah diga terlihat sangat cuek, diam dan tidak seperti biasanya. Tiga hari kemudian, aku baru tahu bahwa waktu itu diga mengikutiku dengan andika, diga bukan cuek, dia cemburu. Iya aku tau itu.
Malam ini malam pertamaku di Surabaya, dirumah diga. Di kamar tamu. Memang kamar kita terpaut jauh, kamar diga ada di lantai dua sedangkan kamar tamu ada dilantai satu. Tidak seperti dirumahku, kamar kita bersebelahan sehingga aku setiap saat melihat kelakuannya. Ini sudah menunjukan jam sepuluh malam, tapi diga belum juga kembali. Bahkan mungkin diga belum tau, aku berada disini. Nomernya masih tidak aktif.
Aku beranjak menuju dapur, perutku melilit pertanda lapar. Aku mencari roti yang tadi siang aku beli di mall. Tiba-tiba suara pintu depan terdengar, jantungku mau copot, siapa yang datang semalam ini. Aku hampir meloncat seperti aktor kungfu hustle setelah melihat sesosok manusia memakai jaket bertopi memandangiku. Aku menelan ludah.
Setelah beberapa menit dia melihatku, tiba-tiba dia menarikku ke kamar, dan membungkam mulutku persis di sinetron-sinetron. Aku mau menjerit tapi takut, dia membawaku kekamar tamu yang telah menjadi kamarku, ada banyak pikiran terlintas di benak. “kenapa dia tau letak kamar?, kenapa dia bisa membuka pintu yang sudah dikunci?, dan kenapa dia tau ada anak gadis secantik aku disini?” pikiran konyol yang tak pernah bisa aku hilangkan.
“selamat malam sayangku gina”
Aku membelalak melihat orang aneh ini membuka topinya, ternyata dia adalah pacarku sendiri, diga. Tidak heran kan dia bisa membuka pintu? Tau dimana kamar tamu? Dan ..
“kok kamu tau aku disini?” kataku ketus
“feeling”
“terus puas udah ngerjain aku kaya tadi?”
“belum puas”
“aaa diga kamu jahat!”
Tangannya menutup mulutku, aku terdiam. Dan dia berbisik pelan ditelingaku.
“jangan keras-keras nanti mama tau aku disini”
“emangnya kenapa” jawabku pelan
“sudahlah lupakan”
Diga melihatku, dan dengan cepat memelukku. Aku paling tidak tau apa yang ada dalam pikirannya itu. Jail-Diam-Peluk. Manusia macam apa seperti itu?
Liburanku telah berlalu, kami memutuskan pulang ke Jakarta bersama. Aku sangat bahagia, tante dan om farid sangat baik kepdaku. Apalagi dia, dia mengajakku berkeliling Surabaya. Ada rasa yang berbeda, ketika aku didekatnya, aku akan merasa yakin bahwa diga benar-benar mencintaiku dan akan terus bersamaku, tapi ketika diga pergi sendiri tanpaku, dia seperti akan hilang, dan tidak akan pernah kembali lagi. Makanya aku terus berusaha selalu ada di dekatnya. Tidak peduli bagaimana caranya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Menabung Emas (top rekomendasi Pegadaian Digital)

Hi, masih bingung bagaimana caranya untuk memulai menabung Emas? Berikut beberapa tips untuk kamu yang ingin memulai menabung Emas ya: ...