TATA WIJAYA
(1)
Namaku Tata. Banyak orang yang
bilang aku gila karena sering senyam-senyum sendiri. sebenernya ada sebuah
alasan kenapa aku bersikap seperti itu. Entah bagaimana Tuhan menciptakan aku.
Tapi ini sungguh mukjizat Tuhan. Sebagai seorang remaja yang berbudi luhur, aku
sempet nggak suka sama kelebihan Tuhan yang satu ini. Bukan ahli matematika,
akuntansi ataupun statistik. aku dilahirkan sama persis seperti orang normal,
mata aku dua, kaki, tangan, rambut semua lengkap dan sama.
Sebenernya, aku juga agak risih kalau berbicara tentang
kelebihanku yang satu ini. Sungguh demi apapun aku bisa membaca pikiran orang
lain tanpa perlu konsentrasi melihat matanya, atau melakukan ritual-ritual
aneh. Banyak orang tolol di dunia ini, banyak sekali orang lucu, yang aneh,
yang nggak punya pendirian juga banyak.
Karena aku bisa baca pikiran
orang, aku sering banget ilfeel sama cowok. lo Tanya kenapa? Ya karena pikiran
cowok itu nggak jauh dari pikiran-pikiran aneh. aku bisa tau saat temen aku
manggil nama aku, aku bakalan langsung tau maksudnya. Tapi tetep, aku terus berusaha
buat nutupin keahlianku yang bener-bener luar biasa.
“ta”
“tuh bolpoin di tas kecil gue
ada. Tapi jangan ambil yang warna pink! Inget loh, jangan yang warna pink”
aku tau si anika bawa bolpoin,
tapi dia bakalan pinjem bolpoin punyaku, karna dia suka warna pink dia bakalan
pinjem yang warna pink juga. Karena itu, daripada aku harus kehilangan benda
kesayangan aku, aku lebih baik ngingetin dia.
“kok lo tau sih aku mau pinjem
bolpoin?”
“feeling aja feeliiiing sist”
jawabku dengan muka datar. Aku melihatnya mengambil bolpoinku yang berwarna
biru. Dan aku tau, bahwa dia tidak menyesal mengambilnya, karena dia pikir yang
warna biru tidak kalah imutnya. Iya, aku juga pengoleksi barang-barang imut.
Aku berjalan menuju kantin,
sebentar lagi dodit akan memanggilku. Dari jarak lima meter seperti ini pun,
aku sudah tau dia akan mengajakku makan ke kantin dan dia akan mengungkapkan
perasaanya kepadaku. Bagiku, dodit bukan lagi seorang teman. Dia sahabatku yang
paling dermawan. Tanpa sepengetahuan orang lain, dia selalu berpikiran positif.
“ta”
“hai dit,
mau makan apa?”
“oh iya.. aku mau makan bakso
nih, kali ini biar aku yang traktir kamu ya”
“oke deh”
Aku berjalan berdua menuju
kantin. Senyam-senyumku kumat lagi. Bagaimana tidak? Pikiran-pikiran dodit,
melayang-layang di otakku.
*ah.. kalo gue ditolak sama tata gimana..?
malu banget.. mending kalo cuma malu, kalo dia nggak mau temenan sama gue lagi
gimana? Lagian.. temen-temen cewek gue yang paling baik tuh cuma dia, udah baik
paling cantik lagi.. susah kalo cari temen model begini..Tuhaan.. apa harus
sekarang gue ngomong sama dia kalau gue suka sama dia? Tapi…*
Aku tertawa cekikikan. Pikiran
dodit lucu sekali. Aku menatapnya sambil menutup mulut. Dodit melihatku biasa
saja. Karna dia terbiasa melihatku tertawa-tertawa sendiri tanpa alasan. Gila
bukan? Sekali lagi aku perjelas. Aku tidak gila. Aku hanya bisa membaca pikiran
orang lain.
“udah lo nggak usah bingung dit,
ngomong aja lagi. Lo suka sama gue kan? Hahaha” kataku meledek sambil mengunyah
nasi goreng buatan bang didin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar