SECANGKIR RINDU UNTUK DIGA
Kertas Biru
(part 11)
Ada bayangan
putih ketika aku melihat diga. Tanganku tidak dingin lagi, kali ini rasanya
begitu beda. Tanganku menghangat,dan menjadi panas. Ada luka disini, tepat di
dada. Rasanya sangat perih, seperti luka basah lalu tersiram minyak tanah.
Sakit sekali. Aku masih terdiam dan membeku menatap mata itu. Mata yang dulu
sangat aku cintai. Sekarang, sungguh kebencianku melebihi apapun.
“kamu
beneran diga pratama?” Tanya windy tiba-tiba
“iya”
“kamu beda
banget, gila!”
“aku nggak
gila”
“kamu habis
darimana dan mau kemana dig? Tanya windy lagi
Aku masih
terdiam dan menunduk. Dan aku menyibukkan diri dengan handphoneku, aku berusaha
untuk bersikap biasa saja. Aku ingin menganggap semuanya lalu.
“aku dari
Jakarta, setelah itu ke Surabaya, tapi ternyata aku nggak betah disurabaya.
Terus aku pulang lagi ke Jakarta. Tapi ternyata orang yang aku rindukan telah
hilang. Aku sedang mencari seseorang
disini. Orang itu adalah orang yang pertama aku cintai, tapi entah ada angin
apa dia pergi gitu aja ninggalin aku”
“hah? Kasian
banget kamu dig..” jawab windy
“bukannya
kalian berdua sepupu, iya kan?”
“bukan”
Aku
mendongak setelah mendengar kata “bukan” dari bibir diga. Baru kali ini dalam
hidupku dia tidak mengakui status persaudaraanku dengannya.
“oh yah? Ah
entahlah aku jadi bingung sendiri, hahaha” tambah windy
“aku cuma
mau nitip ini buat gina”
“apa tuh?
Kasih aja ke dia dig..”
“aku nggak
brani wind, aku titipin ke kamu aja yah”
Aku melihat
tingkah diga yang sedikit aneh. Aku seperti tidak di anggap ada olehnya.
“oh.. kalian
berdua bener-bener aneh yah..hahaha”
“aku pergi
ya wind”
“ya oke..
semoga kamu ketemu sama wanitamu itu ya dig”
“aku udah
ketemu dia kok, wind”
“ohyah? Mana
dia dig?”
“dia ada
disini, ada didekat sini”
“hm.. ya
udah, barangkali kamu emang lagi ditungguin dia. Bye dig”
“bye win,
thanks ya”
Aku hanya
menelan ludah. Yang benar saja? Dia benar-benar hanya menyapaku sekali.
“nih”
“apaan?”
“dari diga”
“buat lo aja
deh”
“sebenernya
kalian itu statusnya sepupu atau bukan sih?”
“penting
banget yah?”
“kan kalau
sepupu…”
“kenapa?”
“boleh dong
lo comblangin gue sama dia”
“wah?”
“becanda..
lagian tadi lo denger nggak sih, dia nyari orang aja sampe ke singapur gini.
Itu tandanya dia tuh sayang banget sama pacarnyaaa.. so sweet banget, kalo gue
yang jadi ceweknya gue nggak akan deh lepasin dia. Jarang-jarang cowok punya
kelakuan kaya gitu”
“hmm”
“lagian
ceweknya juga bego sih! Udah dapet cowok sebaik dia masih aja ditinggalin”
“enak aja!
Kalo semisal ceweknya sakit hati gara-gara dia selingkuh gimana?!”
“selingkuh?
Masa sih.. ah gue sih masih percaya diga”
“ih dasar
gila!!”
“kenapa lo
yang marah sih?”
“siapa yang
marah”
“tuh tadi lo
ngomel nggak jelas”
“jelas kok!”
“eh, ini
kaya surat loh gin..”
“sini
suratnya!”
“tadi lo
bilang nggak mau”
“siapa
bilang??”
“tadi”
“kan tadi!
Sekarang gue udah mau!”
“ih galak
banget sih”
Aku merampas
sesuatu yang diberikan diga kepada windy. Aku langsung memasukkannya ke dalam
tas. Dan tidak ada niat sedikitpun untuk membukanya.
“kenapa
nggak di buka sekarang?”
“penting
banget yah buat lo?”
“enggak
sih..”
Aku membuka
handphoneku. Ada tiga sms masuk. Dari mom, dari mom, dan terakhir dari.. diga.
Diga? Sejak kapan dia punya nomerku? Aku langsung mematikan handphoneku.
Setelah
menunggu dua jam, akhirnya aku dan windy berjalan menuju ke pesawat. Tiba-tiba
ada rasa ragu untuk melangkah. Aku duduk persis di samping jendela. Aku mencari
penjepit rambut. Sungguh tanganku malah mengambil kertas itu.. kertas yang dua
jam lalu di berikan diga.
“mau aku
bantu buka?”
“nggak
win..”
Dear
gina..
Apa
kabar? Aku tidak baik (yah.. walaupun kamu emang nggak pernah mau tau
kabarku).. aku ingin menjelaskan beberapa hal yang mungkin nggak terlalu
penting buat kamu.. yang pertama, soal aku disuruh tante untuk mengajari kamu
pelajaran. Sungguh, awalnya aku menolak, tapi karna tante memohon.. aku
akhirnya menyetujuinya.. aku pikir, aku akan bersusah payah mengajari kamu
hal-hal yang nggak penting seperti pelajaran SMA mu itu. Tapi nyatanya, aku
terus-terusan ingin belajar sama kamu. Kamu membuatku semangat belajar. Dan di
hari pertama aku mengajari kamu pelajaran.. disitulah aku mulai mencintaimu..
Yang
kedua, soal perkataanmu yang benar-benar membuatku sakit hati. Tapi kamu
malahan diemin aku dan marah-marah nggak jelas. Kamu masih inget nggak? Pas
kamu bilang.. aku boleh cemburu saat kamu deket-deket sama cowok lain, tapi
giliran kamu, kamu nggak boleh cemburu. Inget nggak? Gina, aku pantas cemburu,
kamu banyak yang suka begitu. Dan di depanku pun kamu masih merespon mereka.
Contohnya dika, kamu mau-maunya pulang bareng sama dia. Bukannya kamu bisa
telpon pak darto?? Sedangkan aku disisi lain berjuang menjaga jarak dengan
cewek-cewek yang kamu sebutkan namanya satu persatu. Apa yang harus kamu
cemburui?
Yang
ketiga, ini tentang Karin. Aku tau kamu benar-benar sangat cemburu. Aku tau
itu. Tapi ada hal yang tidak kamu ketahui tentangnya.. sejak tiga bulan
kepergian Karin ke rumah Tuhan (dia mengidap leukimia stadium akhir).
Hari-hariku selalu menjadi hari-hari yang penuh penyesalan. Ada banyak hal yang
tidak kamu ketahui. Setiap saat aku jalan dengan Karin, aku selalu bercerita
tentang kamu. Dan dia sama sekali tidak cemburu ataupun kaget. Dia tersenyum
mendengar hubungan kita. Dia terus menyemangatiku untuk selalu ada buat kamu,
kapanpun.
Yang
ke empat, tentang status kita. Tuhan menciptakan cinta. Dan aku yakin cinta itu
benar-benar universal. Cinta tidak memandang umur, jenis kelamin, usia, suku
bahkan status. Aku percaya itu. Jadi, sekarang aku tidak akan malu lagi
mengatakan kepada semua orang bahwa kamu adalah kekasihku.
Yang
kelima, aku sudah sebulan memperhatikanmu disini. Iya disingapur. Aku tau
tempat tinggalmu, aku tau dimana kampusmu dan aku juga tau tempat biasa kamu
minum soda dengan windy. Aku selalu mengikutimu, tapi entah kenapa Tuhan tidak
membiarkanmu menemukan aku seperti yang terjadi disinetron Indonesia.
Yang
ke enam, sekarang aku duduk tepat tiga kursi di belakang kamu. Kembalilah, aku
sangat mencintaimu.
Yang
merindukanmu setengah mati,
Diga
pratama
_________________________________________________________________________
Aku
menangis. Aku benar menangis. Aku masih ingin mencintaimu, tapi aku harus
melupakanmu. Lukaku masih mendera, walaupun kertas birumu telah menyembuhkan
sedikit lukaku yang membiru. Tapi..
Aku berdiri,
aku mencari sosok diga. Aku benar-benar merasa buta kali ini. Aku ingin sekali
melihatnya. Aku mengusap air mataku. Ucapan windy bahkan tidak bisa bisa ku
dengar. Aku seperti akan kehilangan nafasku. Dan aku berhasil menemukan diga.
Dia tersenyum dalam sendu.
___________________________________________________________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar