SECANGKIR RINDU UNTUK DIGA
*KARIN –
KARINA
(part 6)
(part 6)
Aku
terdiam seribu bahasa setelah om farid memperkenalkan seorang wanita kepada
diga malam ini. Tepat makan malam bersama keluarga besar kita. Aku tadinya
hanya mengira dia adalah salah satu saudara jauhku. Wajahnya cantik dan
kelihatan dewasa, senyumannya manis. Dengan sumringah mom and dad menyambutnya,
apalagi tante dan om farid.
“jadi
gimana diga? Pilihan papah? Kau ini sudah dewasa begitu tidak pernah punya
pacar? Sudah papah kirim kau ke Jakarta, apa tidak ada satupun perempuan yang
suka dengan kau, hah?” (tertawa terbahak)
“iya
kau ini diga, tante juga nggak pernah lihat kamu sama cewek selain sama gina
ya?” mom berkomentar
“hahaha,
atau mungkin kau juga pilih-pilih ya? Seperti papahmu dulu juga begitu diga,
hahaha”
Aku
hampir menangis. Tanganku dingin, kakiku lebih dingin lagi. Diga yang duduk
tepat di sampingku tidak berkomentar apa-apa. Hanya saja dia tidak melanjutkan
makan malamnya. Dia hanya bengong melihat tingkah laku orang tuanya. Sesekali
aku melirik ke arah wanita yang sedari di bangga-banggakan om farid. Namanya
KARIN. KARINA FRASTIKA. Yang katanya punya banyak bakat. Dia bisa bermain
piano, berenang dengan banyak gaya, dia juga seorang penulis muda.
“bagaimana
menurut kamu gin? Pilihan om farid?” Tanya mom kepadaku
“hah?”
kataku kaget
“iya,
kau lihatlah Karin, dia ini cantik sekali. Kau sangat kalah gina” tambah dad
dengan tawanya
Aku
masih terdiam, kali ini aku benar-benar memelototi wanita itu dengan tatapan
sedetail mungkin. Aku tidak terima dad sampai bilang aku kalah cantik darinya.
Sudah cukup om dan mom yang sedari tadi banggain dia. Sekarang dad juga ikut-ikutan.
“ayolah
gina, bagaimana pendapat kamu?”
“iya
Karin cantik” kataku akhirnya
Diga
langsung melirik ke arahku. Ada tatapan aneh di matanya. Aku tidak tahu apa
artinya itu. Aku mengambil sendokku kembali dan melanjutkan makan malamku
dengan cepat dan lahap.
“gina?nanti
kamu tambah gendut! Jangan makan banyak-banyak”
“apa
mom? Gina gendut?”
“lihat
tuh karina, badannya bagus langsing”
Aku
menelan lagi makananku, kini lebih banyak. Aku mengambil ayam goreng bagian
dada terbesar dan beberapa kentang goreng.
_____________________________________________
Aku
berjalan lemas menuju kamarku. Tadinya aku ingin sekali menangis, tapi entah
kenapa aku jadi kesal dengan semua orang disini. Aku benci mom and dad! Apalagi
diga yang hanya terdiam sejuta bahasa. Dan sekarang? Bayangin! Tuh mereka
berdua lagi ngobrol di taman. Aku ingin cepat-cepat tidur dan aku harap semua
ini hanyalah fiktif belaka atau bisa di sebut MIMPI.
Tiba-tiba
ringtone handphoneku berbunyi. Aku harap itu pesan singkat dari diga.
“gin..”
“apa”
“turun
dong temenin aku..”
“nggak
mau”
“kenapa?
Tolongin aku dong gin…”
“udah
sono pacaran aja!”
“pacaran
gimana?”
“tuh
sama si kirin eh Karin!”
“gin…jangan
kaya anak kecil gini dong..”
“siapa
yang kaya anak kecil?!”
“Tuhanku”
“Tuhan
tuh di atas! Bukan di sms!”
“ih
galak banget….”
“pacaran
kok smsan!”
“gina……….”
“apa
sih manggil-manggil terus!”
“aku
kangen kamu”
Sialan.
Diga benar-benar membuat gila. Aku tidak bisa lagi membalasnya dengan omelan.
Aku langsung menuruni tangga dan menghampiri diga yang memasang muka bego di
depan Karin.
“kenalin,
gue gina” kataku sambil tersenyum dan mengulurkan tangan
“Karin..
iya anaknya om david ya?”
“iya..”
(udah tau nanya!)
“kamu
keliatannya akrab banget sama diga.. daritadi diga ceritanya tentang kamu
terus” katanya sambil tersenyum
“iya
dong, kita tuh emang deket banget dari kecil, bahkan dari bayi!”
“hmm..
gitu..”
“e.ee,
aku ke belakang dulu yah” kata diga yang sedari tadi bengong melihatku
“iya..”
kata Karin
“ya
udah sonooo” kataku menambahi
“oya
gin, diga itu orangnya gimana sih?” Tanya Karin
“diga?
Maksudnya?”
“iya..maksudnya
diga itu suka makan apa atau suka main kemana.. atau apa gitu?” tambahnya lagi
“diga
itu orangnya malesan! Dia jarang belajar. Dia suka banget makan daging. Dia
nggak suka olahraga. Apalagi basket. Pokoknya dia enggak banget deh. Nggak kaya
kamu, kamu nggak pas sama dia. Kasihan nanti kamunya”
(diga itu orangnya rajin banget.. dia
suka baca buku.. dia nggak suka makan daging, dia suka banget sama sayuran
apalagi sama brokoli. Pas banget sama kamu.. kamu juga kelihatannya orangnya
pinter kaya yang di omongin om farid..)
“oh
yah?”
“iya”
kataku meyakinkan.
“wah..
tapi aku suka sama cowok yang kaya gitu”
“hah?”
(apa lo bilang?)
“iya,
biasanya kalau cowok kaya gitu orangnya setia loh..” kata Karin masih dengan
senyuman mautnya
“oh..”
“oya
gin, besok aku boleh ke kampus kalian nggak?”
“ngapain?”
“aku
kan masih libur kuliahnya. Lagian aku dijakarta kan lumayan lama. Apa salahnya
kalau lihat-lihat kampus kamu sama diga?”
“iya
liat besok deh”
“kamu
juga cantik gin.. persis kaya mama kamu”
“nggak,
biasa aja”
______________________________________________
Sudah
seminggu Karin disini. Ada yang aneh juga dengan kelakuan diga ahir-akhir ini.
Dia seperti welcome dengan adanya Karin. Dia tidak akan keberatan kalau semisal
disuruh om farid menjemput Karin disana sini. Dia juga sering mengajak Karin
ketika dia mengajakku. Diantara aku dan diga, hari demi hari seperti ada tembok
yang tumbuh dengan sendirinya. Tembok itu semakin kuat..
Aku
melamun lagi, aku mengingat kata-kata mom untuk melanjutkan program S1 ku di
singapura. Waktu itu aku menolak mentah-mentah, tapi sekarang.. aku bahkan
ingin sekali cepat-cepat hidup disana.
Sudah
pukul Sembilan malam. Diga belum pulang. Mungkin masih bersama Karin. Mungkin
masih makan malam. Mungkin masih ngobrol. Mungkin…
“gin..”
“iya
mom..”
“kamu
kok akhir-akhir ini keliatan murung sih? Kenapa sayang..?”
“kuliahku
mom..”
“kenapa?”
“kayaknya
aku butuh penambahan ekstra belajar deh..”
“bukannya
udah ada diga?”
“sekarang
dia kan..”
“oh
iya..sekarang dia keliatannya pulang malem terus ya sejak Karin disini..”
“hu.um”
“ya
udah nanti mom sewa guru less ya?”
“bukan
itu mom..”
“terus
kenapa?”
“aku
bener-bener butuh tambahan pelajaran” (aku udah nggak sanggup liat diga dan
Karin mom.. aku cinta sama diga.. aku..)
“loh?
Kok jadi nangis gitu sih? Ya udah, kamu maunya gimana sayang..?”
“aku
pengen pindah kuliah mom. Ke singapur.”
“singapur?”
“mom..please…
aku pengen bener-bener belajar. Aku pengen pintar. Aku pengen jadi dosen.”
(mom..tolongin aku, aku udah nggak bisa. Rasanya saki…tt… banget..)
“udah,
jangan nangis. Nanti mom ngomong sama dad yah.”
“makasih
mom”
Mom
memelukku erat. Sepertinya dia sangat tahu bagaimana keadaanku sekarang. Aku
benar-benar berasa hancur. Rasanya dunia ini nggak adil.
“kamu
nggak ada masalah lain?”
“nggak
mom..gina cuma pengen pindah kuliah..”
“iya,
mom akan percepat kepindahan kamu ya sayang”
“aku
mencintaimu, mom. Mom yang terbaik”
To
be continue..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar