SECANGKIR RINDU UNTUK DIGA
Fase
Melupakan
(part 9)
Ini sudah
hampir delapan bulan, waktu yang sangat amat terasa lama setelah aku memutuskan
untuk melupakan diga. Aku benar-benar berterima kasih dengan mom karena dia
tidak memberi alamat lengkapku di singapur dan tidak memberi nomer handphoneku
ke siapapun termasuk diga. Ada kabar dari mom bahwa diga pindah kuliah ke
surabay, padahal di Jakarta dia sudah di semester akhir.
Aku juga
tidak ingin mendengar alasan kenapa dia pindah. Disini, aku lebih tenang. Tapi
entah jiwaku. Rasanya masih sesakit dulu, kalau tiba-tiba wajah diga tepat
berada di ingatanku. Aku menghela napas panjang. Hari ini aku lelah. Kuliahku
full.
Disini, aku
menjadi lebih mandiri. Mau tidak mau aku belajar memasak sendiri dengan melihat
resep dari buku karena bosan dengan masakan instan. Aku membeli beberapa
sayuran di supermarket. Ternyata memasak itu jauh lebih menyenangkan. Aneh.
Terkadang rasanya tidak enak, biasa saja dan ada beberapa yang sangat enak.
Ringtone handphoneku berbunyi lagi, ah aku yakin itu mom. Dia selalu menelponku
tiga kali dalam sehari.
“halo mom..
aku lagi nonton TV, aku sudah makan tadi aku masak sendiri lagi. Windy juga
sudah pulang sejam yang lalu. Ada apa mom?”
“oh okey..
oya gin? Besok kamu libur kan?”
“iya mom..
kenapa?”
“mom kesana
yah?”
“ngapain?
mom tuh baru pulang dari sini seminggu yang lalu.. yang benar aja.. lagian aku
mau tidur seharian. Aku capek mom”
“yah..padahalkan
mom kangen sama kamu gin..”
“udahlah
mom, sebentar lagi kan gina libur panjang”
“kamu pulang
ke Jakarta kan sayang?”
“nggak tau
deh.. nanti liat aja..”
“pulang yah…
kita sudah lama tidak berkumpul disini”
“ya..walaupun
tidak pernah kumpul dirumah tapi mom kan sering ke sini. Bahkan ada yang sampai
sebulan dua kali berkunjung”
“ahhh..tapi
ini kan keadaanya beda. Lagian apa kamu nggak kangen sama dad?”
“iya..kangen.
ya udah nanti aku pulang ke Jakarta. Jadi mom nggak usah kesini lagi sekarang”
Aku menutup
telepon dari mom. Rasanya aku ingin minum soda diluar. ada tempat yang sangat
enak untuk menggalaukan diri. Kemarin aku sempat kesana dengan windy. Aku
mengambil sweeter peachku, dan beranjak pergi. Aku menelpon windy untuk datang
juga, dan dengan senang hati dia menerima.
“jadi lo
nanti beneran mau pulang ke indo?”
“iya..”
“gue pengen
deh ikutan, gue kangen nih sama Jakarta. Sama om sama tante juga”
“ikut aja
win.. buat nemenin gue juga kalau gue mau jalan disana”
“nemenin lo
jalan? Yang bener aja?”
“iyalah.
Emang kenapa?”
“lo nggak
punya pacar dijakarta gin?”
“nggak”
“masa sih?
Cewek secantik lo nggak punya pacar? Gue liat di kampus Andrew sama antoni
deketin elo deh. Lo nggak tertarik? Mereka kan lumayan”
“nggak juga”
“kenapa?”
“cowok itu
susah ditebak win.. mereka akan bikin lo seneng sebentar. Akan buat lo melayang
kaya ratu. Abis itu lo bakalan ditinggalin kalau cowok itu udah nemuin cewek
yang lebih segalanya dari elo”
“ah.. yang
bener aja. Lo ngomong udah kaya pengalaman aja. Pacaran aja nggak pernah lo!”
“ya..
walaupun gue emang nggak pernah pacaran. Maksud gue.. nggak ada status di
antara gue sama dia….tapi”
“tunggu-tunggu!
Nggak ada status? Berarti lo pernah suka sama orang?”
“pernah”
“hah????
Siapa gin? Tipe cowok lo kaya gimana sih?”
“bawel
banget sih lo win..”
“ayo dong
certain. Gue aja nggak ada sedikitpun rahasia buat elo. Dari mulai gilang,
freddy, Agara. Semuanya gue ceritain”
“nggak
penting win.. pokoknya gue benci sama cowok dan gue nggak akan jatuh cinta
lagi”
“hahahaha.
Jadi sampe sekarang ceritanya lo belum bisa move on?”
“kata
siapa?! Gue bisa kok”
“eh kata
orang yah, kalo lo mau ngelupain seseorang, lo musti punya pengganti orang itu
sendiri. dan gue udah membuktikannya. Itu seratus persen ampuh!”
“ah.. mitos
aja lo”
“besok-besok
gue kenalin elo sama temen-temen cowok gue deh”
“terserah lo
aja”
“kasih tau
gue dong inisial pacar lo itu?”
“D”
“D??? hmm..
ah… Deli? Dito?”
“bukan”
“Diga?”
“apah?”
“Diga?”
“gila aja
lo, dia kan sepupu gue”
“bukan diga
pratama. Diga santoso. Temen lo yang orang bandung itu loh.. kan lo sempet
cerita tentang dia sama gue. Inget nggak? Aduuh.. waktu kita masih chattingan
di email”
“oh..bukan”
“diga
pratama? Dia kaya apa sekarang?”
“biasa aja.”
“tambah
jelek ya? Dia waktu kecil kan gendut banget. Hahaha”
“kok elo
tau?”
“lo temenan
sama gue dari kapan sih gin?”
Aku terdiam
dan mengalihkan pemandanganku darinya. Entah kenapa jika ada nama diga terdengar
di telingaku, tangaku benar-benar menjadi dingin, begitu juga kakiku. aku tidak
ingin meneruskan percakapanku dengan windy. Aku tau dia tipe orang yang akan
berbicara sedetai-detailnya. Dan tema kali ini adalah diga. Sepupu yang menjadi
pacar pertamaku. Aku memutuskan pulang cepat, baru kali ini aku mendiamkan
windy seperti tadi, aku hanya pergi begitu saja tanpa berbicara sepatah kata.
Aku harap
perjuanganku untuk melupakan diga tidak sia-sia. Lagian aku kenapa bisa sebodoh
itu? Kenapa juga aku harus sebegini dramatis. Diga itu benar-benar kakak
sepupuku. Dia itu menyebalkan. Dan aku bukannya sangat membenci diga waktu
dulu? Kenapa harus aku yang sekarang menghindar?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar