Rabu, 03 Desember 2014

Cinta Sendiri 2

Cinta Sendiri (Part 2)

     Sesampainya di terminal lebak bulus, aku mengelus rambut alika dengan gemas, aku harap kepergiannya untuk beberapa hari tak akan menjadi alasan alika tidak menghubungiku, setidaknya mengirim sms. Sesekali dia melirik genit kepadaku, aku hanya tersenyum. Entah apa yang ada dipikiranku saat ini, alika benar-benar membuatku tergila-gila sampai aku lupa kalau alika sudah mempunyai seorang kekasih.
     Lima menit lagi bisnya akan pergi, alika masih menatapku tajam, aku tahu dia tidak ingin aku pergi sebelum dia pergi. Aku memang sudah terhipnotis dengan mata kecilnya itu, bahkan senyumannya adalah anugrah terindah dari Tuhan untukku.
     ‘kris?’
     ‘iya nyonya, lagian aku kan belum pergi, jarak kita aja nggak ada tiga meter, ngapain nelpon segala? Kasian loh operatornya ngurusin hal-hal kayak gini’ kataku
     ‘ih kamu mah! Ya udah aku nggak mau nelpon kamu lagi’
     ‘idih langsung marah dah, iya… aku nggak akan pergi kok sebelum kamu pergi’
     ‘bukan itu..’
     ‘terus apa?’
     ‘kayaknya ada yang ketinggalan deh,’
     ‘apalagi? Tadi kan udah di cek semua sama mama ka..’
     ‘hati aku ketinggalan di adit kris, hehehe’
     ‘hyaaaah.. ni cewek doyan ngegombal banget, udah gitu bukan sama orangnya lagi.. ini gue loh kris! Sekali-kali ngegombalin gue kenapa?’
     ‘ciyeee, kris cemburu yaa? Tapi ada yang lebih penting dari hati loh..’
     ‘apaan?’
     ‘jiwa aku masih belum dimiliki siapa-siapa’
     ‘waaaah kode nih kayaknya’ kataku sekenanya
     ‘kode apaan?’
     ‘kode buat Tuhan, katanya jiwa kamu belum dimiliki siapa-siapa, hahaha’
     ‘krissssssss’
     ‘buset, telingan aku sakit ka’
     ‘lagian kamu mahhhh…..’
     Aku hanya tertawa geli mendengar ucapannya, lalu aku melihatnya kembali. Bye alika. Hari ini aku hanya akan melewati hari-hariku tanpa alika, setidaknya aku bisa bernafas lega tidak mendengar alika menyebut nama adit terus-menerus.
     Aku ingat sekali kejadian yang membuatku terkadang ingin menuntut keadilan kepada alika, sedang parah-parahnya aku mencintainya, alika dengan bebasnya mengobrak-abrik hatiku, tetapi terkadang ia sering kelihatan seperti kesepian, terkadang aku merasa aku bukanlah siapa siapa untuknya.
     Senja hampir saja hilang, tapi kecerahan langit begitu saja mengalahkannya. Angin sepoi masih membelai pundakku, seakan ingin meredakan aku dengan segala gundah di pikiranku, aku memang tengah sungguh mencintai alika.
     Aku berjalan menuju parkiran mobil, langkah kakiku lambat tapi pasti. Tiba-tiba aku teringat satu pelukan yang aku terima dari alika, tepat di hari ulang tahunku. Alika lah yang selalu mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku, dialah orang pertama yang membuatku menyukai ulang tahunku, kue kecil, kado yang lucu dan kebersamaanku dengannya.
     Ringtone handphoneku berbunyi, ternyata Ayah lagi-lagi meneleponku. Dia selalu memaksaku untuk pindah ke jerman. Jerman? Mungkin aku akan pergi kesana kalau nanti alika menikah.. tetapi bukan denganku. Selama ini aku merasa baik-baik saja, mungkin ada sedikit rasa nyeri-nyeri karena aku mencintainya dan dia tidak mencintaiku.
     ‘iya pa, kenapa?’
     ‘Kris.. kapan kamu akan kesini? Papah sudah bilang beberapa kali sama kamu? Ibumu juga sangat merindukanmu.. ayolah’
     ‘pah, kan aku lagi kuliah lagian ribet juga kan harus pindah-pindah kuliah? Susah’
     ‘biar papah yang urus semua itu kris, itu gampang’
     ‘pah, aku sudah besar, aku bisa mandiri, mungkin suatu hari nanti aku akan kesana.. atau juga papah dan mamah yang ke indonesia’
     ‘maksud kamu apa?’
     ‘pah, aku ada kelas tambahan, lagian akhir-akhir ini tugasku banyak pah, salam buat mama ya’
     Aku menghentikan percakapanku dengan ayah, kini malam menyelimutiku.
     Sudah hampir pukul Sembilan malam, tetapi alika belum memberi kabar kepadaku. Benar-benar anak ini membuatku khawatir. Aku hampir memejamkan mata, rasa kantukku silih berganti dengan rindu.
     ‘halo kris??’
     ‘iya ka.. kamu udah sampai bandung?’
     ‘udah dong..’
     ‘kenapa baru telpon sih? Aku khawatir’
     ‘iya maaf.. tadi aku telponan sama adit dulu.. kasian kan dia lagi sakit, aku tinggal-tinggal begini.’
     ‘oh gitu.. ya udah kamu istirahat yah ka’
     ‘oke bos, thanks ya udah mau nganterin aku kris’
     ‘iya nyonya..’
     Aku ingin memaki rindu yang menggebu, sadarlah kris! Alika sama sekali tidak tertarik padamu. Kini tiba-tiba perih di hati, rasanya ingin mati saja ketika aku mendapat serangan nama ‘adit’ dari bibir alika. damn.
-------------------------à
     Pagi ini aku harus menjemput prita, teman masa kecilku dulu di jerman. Prita mengambil kuliah di Indonesia. Untung bahasa indonesianya sudah bagus, kalau belum aku bisa kelabakan, aku tinggal di jerman hanya satu tahun, dan 23 tahun aku habiskan di Indonesia.
     Aku harus pergi sepagi ini untuk bisa sampai tepat waktu di bandara soekarno-hatta, maklum ini jakarta, kemacetan adalah hal yang biasa.
     ‘Hai kris’
     ‘hai prit, gimana kabar kamu?’
     ‘baik, kamu gimana? Wah kok Tuhan baik banget ya sama kamu, kamu jadi kelihatan sedikit ganteng loh’
     ‘sedikit?? Nggak salah denger nih? Disini banyak banget cewek yang suka sama aku loh, hahahaha’
     ‘aku nggak pernah percaya sama kamu kris, hahaha’
     ‘kenapa?’
     ‘kamu pikir kamu siapa? Hahahaha’
     ‘sialan nih bocah’
     Prita langsung menggandeng tanganku, aku sedikit kaget. Tapi sudahlah, toh dia hanya seorang prita. Genggaman tangannya terasa sangat berbeda, tidak seperti aku menggenggam tangan alika. astaga, kenapa selalu alika yang ada dipikiranku. Apakah aku sejelek itu? Sampai-sampai tidak ada yang mau menggandeng tanganku selalin Prita dan alika?
     Alika? ada apa dia menelponku siang-siang bolong begini, bukannya dia ada jam kuliah?
     ‘halo?’
     ‘kris? Bisa nggak kamu jemput aku sekarang?’
     ‘kenapa ka?’
     ‘adit kris, dia masuk rumah sakit’
     ‘hah? Dia kenapa?’
     ‘aku nggak tau, tolong kamu kesini sekarang, aku nggak tau harus minta tolong sama siapa lagi’
     ‘iya, aku kesana sekarang’
     Hatiku terenyuh sejenak. Aku menatap prita dengan gelagap, aku meminta ijinnya untuk sekalian menjemput alika, dan dia menyetujuinya.
------------------------------à
     Alika langsung membuka pintu depan mobil tanpa tau kalau prita sudah duduk manis di depan, dia sedikit kaget. Mungkin karena penampilan prita yang sedikit terbuka dengan hotpantsnya.
     Alika memandangku dengan heran, wajahnya ingin mengetahui siapa yang duduk tersenyum tepat disampingku. aku langsung mengenalkannya kepada alika. dan tanpa basa-basi kita bertiga langsung meluncur ke rumah sakit tebet, tempat adit di rawat sekarang.
     ‘adit sakit apa ka?’ tanyaku
     ‘nggak tau kris, tadi yang nelpon juga tante, maksudku ibunya adit, dia bilang semalaman adit demam tinggi’
     ‘oh gitu.. yang sabar yah ka’
     Oke, aku juga harus mengucapkan sabar kepada diriku sendiri, aku terlalu takut alika bersedih, aku tidak mau alika menangis, aku tidak mau alika…
     Prita hanya diam di antara kita tanpa sepatah katapun. Alika terlihat terus berdoa, mungkin untuk kesembuhan adit, tanpa tau lukanya hatiku.

                Tunggu sambungannya lagi yaaa…. J


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Menabung Emas (top rekomendasi Pegadaian Digital)

Hi, masih bingung bagaimana caranya untuk memulai menabung Emas? Berikut beberapa tips untuk kamu yang ingin memulai menabung Emas ya: ...