Renggutan
nafasku ditanganmu masih terasa
Sejak
menit itu kini ku terbang
Menempuh
beribu langit mendung
Mengais
sinar dari mentari yang pergi begitu saja
Dan kau
pun menahan geli tawa
Sedangku
tergopoh
Tergopoh
langkahku
Kelingking
kakiku struk sesaat
Tegang
dan mendingin
Rambutku
kusam
Kulitku
kering
Tak ada
lagi rentetan hemoglobin di dagingku
Tergopoh
pandanganku
Kini ku
sesali
Tengah
sengaja mencium dan memeluk erat sepur dan gerbong-gerbongnya
Dongkol
sekali rasaku kini
Aku
matipun masih bisa mencaci
Sedang
hidupku penuh hingar bingar
Malamku
siang
Siangku
malam
Mentariku
petang
Pelitaku
fajar
Dan
bodohnya aku
Kerap
malaikat berbisik aku akan tiada
Sejak
detik-detik itu berbunyi keras layaknya lonceng panggilan namaku dari Tuhan
Aku tetap
saja menjadi raja dari segala hal bodoh
Bodoh dan
tergopoh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar