Cinta Sendiri (Part 1)
Alika, gadis yang sangat aku kagumi.
Cantik, lucu, manis, manja dan.. tidak pernah mencintaiku. Aku krisna darmawan,
semester lima jurusan sosial & politik. Aku mulai mencintainya sejak masa
SMA kelas satu. Iya kelas satu, Alika adalah gadis yang sedang beranjak dewasa.
Di matanya aku hanya sekedar aku, mungkin bisa disebut sahabatnya sekarang
walaupun dulu dia selalu menganggapku sebagai anak kecil karena aku adalah
salah satu adik kelasnya.
Alika membuatku tahu rasanya bagaimana
jatuh cinta, tapi dia tidak pernah memberikan aku kesempatan untuk merasakan
hidup dengan cinta yang nyata. Kemaren, Alika dengan tangisannya datang
kerumahku padahal sudah dua bulan hampir tidak ada komunikasi. Seperti biasa,
dia mengeluh akan kelakuan pacarnya, Adit.
Aku mengenalnya seperti aku mengenal waktu,
rasa marah dan cemburunya akan terhitung mundur dalam hitungan hari. Aku tahu,
alika adalah gadis yang setia, dia tidak akan setengah hati jika mencintai
orang lain. Aku tahu perjalanan cintanya yang kelihatan sangat indah dan
menyakitkan, 3 tahun dengan bagas, mereka putus karena bagas pindah ke
Jogjakarta, dengan alasan ‘komunikasi’. Rio, 1 tahun setengah, bersamanya alika
sering menangis. dan sekarang Adit, hubungan mereka sudah akan menginjak ke dua
tahun. Dan aku masih mendengar semua cerita cintanya.
‘Kris, kamu mau nggak anterin aku ke
pantai?’
‘boleh.. sekarang?’
‘iyaaaa… aku udah lama nggak ke pantai
tauuu, lagian adit sibuk terus sama kuliahya..’
‘oh gitu.. ya udah, ayo’
Dia selalu begitu, keinginannya harus
dipenuhi saat itu juga, dan hal seperti inipun membuatku jatuh cinta kepadanya.
Aku tahu alika sangat mencintai air lautnya, dia tidak pernah bosan dengan
pantai, pasir, dan matahari panas. Aku pernah beberapa kali mengantarnya
kepantai tepat jam 12 siang. Lelaki manapun mungkin akan memberikan sejuta
alasan untuk tidak mengantarnya kesana, Panas? Oh sangat panas!
‘Kris kamu tau nggak? Adit tuh kalo aku
telpon pasti lagi ngobrol sama temennya gitu, terus dia malah jadi ngobrol sama
temen bukan sama aku, terus kalo aku nggak telpon, dia juga nggak bakalan
telpon aku! Sebel banget deh’
‘iya.. tapi kamu sayang kan?’
‘ih enggak tuh.. dia tuh nyebelinnya
setengah mati! Kemaren aku suruh dia jemput aku jam empat sore, dia datengnya
telat satu jam!’
‘pasti ada alasanya dong..’
‘iya sih.. katanya ada Ulangan dadakan
gitu..’
‘nah itu tau, terus?’
‘ya.. nggak papa sih, cuma adit tuh nggak
kaya kamu, kamu itu kan selalu ada buat aku.. nggak pernah marah, nggak pernah
telat kalo aku minta jemput..hehe’
‘iya nyonyaaa..’
‘thanks ya kris buat semuanya! You are my
best and the best friend in this world!’
Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya.
Bagiku, alika seperti radio berjalan, setiap kali bertemu denganku, bawaannya
ngomong mulu. Tapi dari cerita-cerita alika, aku malah lebih mengerti siapa itu
alika. Gadis polos yang menganggapku ada, tapi entah cintaku.
Alika mengajakku pergi kerumah temannya
malam ini, ya teman baru lagi. Alika memang sangat mudah bergaul, dia juga
pendengar yang baik, makanya aku tidak heran, nantipun kalau ketika dia sedang
sakit dia tidak akan mengingatku.
‘kenalin, ini krisna.’
‘hai’ sapaku
‘hai juga krisna’
Namanya bella, teman baru alika yang entah
keberapa. Bella cantik, tapi tidak menarik hati seperti alika. Matanya kecil,
tubuhnya tinggi semampai.
‘gimana kabarnya adit?’ tanya bella dengan
senyuman ringan
‘baik, dia lagi sibuk banget akhir akhir
ini bel’ jawab alika
‘kamu pergi sama krisna? Apa aditnya nggak
cemburu?’
‘nggak dong, adit udah tau kalo aku sama
kris itu sahabat. Iya kan kris?’
‘oh..iya’ jawabku singkat
‘ya gitu deh..awalnya juga adit sempet
cemburu2an gitu..tapi sekarang sih udah ngerti aku sama kris nggak mungkin ada
apa apa, lagian kris bukan tipe aku, hahaha’ canda alika
‘oya? Padahal kris kan ganteng..hehehe’
cetus bella
‘ciyeee.. kamu suka ya sama kris? Kris denger
tuh, akhirnya ada cewek cantik yang suka sama kamu, tunggu apalagi?? Ini jarang
terjadi loh, seabad sekali, mumpung si bella belum sadar’ ledek alika
‘bisa aja kamu alika’ jawab bella tersipu
Aku hanya tersenyum menanggapi ocehan alika,
alika selalu begitu. Aku tahu, dia ingin sekali aku mendapatkan kekasih yang
dapat membahagiakanku, seperti dia membahagiakan adit. Aku tidak tahu
perasaanku kepada alika, cinta itu memang selalu ada, tetapi terkadang terkikis
sedikit demi sedikit karena alika tidak pernah menyadarinya.
---------------à
Aku sedang mengerjakan banyak tugas malam
ini, sekali lagi Tuhanku, aku benar-benar tidak dapat menolak permintaan alika untuk
dapat menjemputnya sekarang. Alika baru saja mengunjungi ulang tahun dita,
teman akrabnya dari jaman SMA. Sebenarnya alika pergi ke pesta dengan adit,
tapi entah ada urusan apa adit harus pergi lebih dahulu dan alika tidak bisa
begitu saja meninggalkan pesta ulang tahun sahabatnya itu.
Aku mulai bersiap-siap untuk menjemput alika,
hatiku memang selalu begini resah entah bagaimana. Aku takut alika kenapa-napa,
aku tidak mau alika menjauh dariku, aku hanya ingin didekatnya, selamanya.
‘eh si kodok udah dateng’ ceplos alika memandang
ke arahku
‘iya nyonyaaa.. mau pulang sekarang atau
mau makan dulu?’ tanyaku
‘aku udah makan banyak di rumah dita.. kan
dia ulang tahunnn kriss, banyak makanan dong.. lagian kamu kok aku suruh dateng
dari tadi nggak mau sih?’
‘hehehe, aku lagi malas kemana-mana nyonya…’
kataku santai
‘ya udah ayoo kita pulang, kamu mau mampir
dulu nggak? Mama masak banyak tauu, kasian nggak ada yang makan, tadi dia
ngomel-ngomel nyuruh adit dateng tapi sayang banget aditnya nggak bisa..
katanya tugas kuliahnya lagi banyak, besok dia musti kumpulin’ oceh alika
‘oh gitu.. ya udah bolehlah, biar aku makan
semua masakannya mama’ jawabku
Aku mengantar alika pulang kerumahnya,
pikiranku hampir saja kacau seketika, tapi untung saja aku bisa
mengendalikannya. Aku sudah terbiasa dibeginikan. Aku selalu menjadi nomer dua,
bukan, maksudku… aku hanya berpikir bahwa aku adalah nomer dua untuknya tapi
entahlah..
Mama alika menyambutku dengan hangat, seperti
biasa mama memanggilku dengan sebutan adek, ‘dek krisna’ karena umurku memang
lebih muda dari alika. aku menyayanginya seperti aku menyayangi ibuku. Sudah hampir
lima tahun aku mengenalnya, wajahnya sangat keibuan, tidak seperti alika. alika
bagiku monster pengoceh yang menyenangkan.
‘dek krisna, ayo cepat makan, aduh.. mama
masak banyak, nggak ada yang makan dirumah. Alika nggak ngomong kalo dia ada
acara’ kata mama alika sembari menepuk pundakku
‘iya ma, kebetulan aku belum makan, hehehe’
kataku
-----------------à
Alika mengajakku makan siang bersama,
dengan dita, rani, rudi dan tentunya adit. Aku hanya mengiyakan perkataannya. Lagian
nanti siang aku juga nggak ada kuliah lagi.
‘hai kris’ sapa dita
‘hai juga..’ kataku sambil tersenyum
‘ih kamu mah jahat! Kemaren kenapa nggak
dateng sih?’ tanyanya
‘kapan?’
‘ulang tahun aku krisss, nggak usah
pura-pura amnesia gitu deh..’ cetus dita jutek
‘jiaaah, hahaha dita.. walaupun raga aku
nggak dateng, tapi jiwa aku udah melayang-layang dipesta kamu’ jawabku
‘ah cuma melayang-layang doang, nggak kasih
selamat sama kado’ cetusnya lagi
‘kamu mau kado apa dari aku dita?’ tanyaku
‘apa kek, pokoknya yang bagus, yang aku
sukaaa’ jawabnya
‘oke.. nanti aku beliin yah..’ jawabku
‘ciyeee romantic banget sih kalian, udah
jadian aja kris!’ ceplos alika dengan tiba-tiba
‘hahaha, apaan sih? Aji mau dikemanain
coba??’ jawab dita dengan belaga sok sweet
‘lagian kalian berdua cocok loh’ tambah
adit
………. tunggu cerita selanjutnya ya.. J