Shut Up!
Chapter 3
========è
Monster Perusahaan papa ternyata Manager Marketing!
Papa
menurunkan aku jauh dari kantor seperti biasanya, dan baru saja aku menginjakan
kaki ditrotoar, si adnan melihatku dan langsung berlari menghampiriku. Dia agak
kaget melihatku turun dari mobil papa, aku sudah memperkirakannya dari pertama
kali aku melihat tatapan matanya yang aneh.
“tar!”
“woy..
eh kamu nan, kenapa?”
“eh
bukannya tadi itu mobil kantornya si Bapak ya?”
“bapak
siapa?”
“aduuuh..
emang kamu nggak tau atau belum kenal? Yang punya perusahaan tar! Dia punya
mobil persis kaya gitu. Mazda 2 warna putih”
“adnan,
mazda 2 warna putih itu ada banyak dijakarta, lebih dari 50 unit kali.. atau
lebih banyak lagi..”
“iya
juga sih. Jadi kamu anak orang kaya dong? Punya mobil segala.. waaaah..”
“itu
bukan mobil aku nan. Tadi temen sekolah dulu, dia liat aku dijalan terus
nawarin jalan bareng. Toh searah.”
“oh
gitu.. wuih, hari ini kan kamu jadi supervisor ya? Ciyee.. keren banget, udah
setara sama Pak doni. Denger-denger kamu juga lagi ngambil kuliah malem ya? Wah
kalo udah D3 atau S1 baru bisa naek jabatan lagi.. nanti setara sama bu rizki.”
“bu
rizki siapa?”
“manager
marketing kita tar, lo udah lupa?”
“oh..
yang namanya rizki dikantor kita cuma satu ya, hehehe..”
“eh
jangan salah, dia galak banget loh. Udah gitu, nggak ada yang bener dimata dia.
Apa apa salah. Dapet klien salah, nggak dapet apalagi.”
“kok
gitu sih?”
“nggak
tau deh tar. Kamu kan sekarang udah jadi SPV, pasti nanti kamu ngerasain gimana
galaknya dia secara langsung.. ih ngeri.”
“eh
udah jam delapan, aku duluan ya nan.”
“iya
tar! Eh maksudku bu tara, semangaaat buat kerjaan pertamanya!”
“oke”
aku langsung menghambur pergi kedalam kantor setelah mendengarkan adnan ngomong
panjang kali lebar di sepanjang perjalanan tadi. Untung aku juga bisa ngeles
soal mobil papa tadi. Si adnan mungkin nggak ngeh sama nomer Platnya kali ya. Kayaknya
besok-besok aku musti pake beda mobil sama papa.
Aku
sedang melihat perkembangan perusahaan papa. Setiap tahun grafik selalu naik. Papa
memang jago sama hal-hal kaya begini. Aku melihat sekeliling, semuanya kerja
seperti biasa, sibuk sendiri-sendiri, telfon sana-sini. Dan ada satu wanita
yang membuat aku tertarik untuk terus melihatnya. Dia sedang mengecat kuku-kuku
tangannya. Aku melirik ke monitornya dan sedang online twitter. Aku melihatnya
dari ujung kaki ke ujung kepala. Dan dengan sengaja atau tidak sengaja, dia
tiba-tiba melihatku lalu memelototiku. Astaga!
“tara.
Kamu dipanggil bu Rizki”
“oh
iya pak”
Aku
berjalan dengan terus melihat ke arah wanita tadi. Sebenarnya apa yang dia
lakukan diperusahaan papa. Cuma online dan mengecat kuku? Aku mengetuk pintu
ruangan bu rizki dengan tenang. Setelah mengingat percakapan aku dan adnan tadi
pagi, rasanya aku ingin cepat-cepat bertemu dengannya.
“pagi
bu rizki”
“pagi,
kamu tara?”
“iya
bu.. ada apa ya?”
“kamu
sales yang ng-closed Harmoni inc. company dan PT. Rambo Indo?”
“iya
bu. Kenapa ya?”
“bagaimana
caranya kamu bisa ngclosed mereka?”
“saya
cuma memperkenalkan produk dan mengajak kerjasama bu. Karena saya tau kebutuhan
klien, saya hanya menawarkan produk yang mereka butuhkan. Apalagi sekarang kan
banyak orang yang sibuk, jadi untuk apa menawarkan produk yang tidak mereka
minati. Pasti mereka juga akan bosan. Untuk Harmoni inc. company saya sudah tau
banyak tentang perusahaan itu sebelum saya bertemu dengan mereka. Perusahaan itu
kan penyedia beberapa kursus komputer”
“oke..
kamu tau kapasitas perusahaan kita berapa? Apakah setelah kamu menawarkan
produk kita kepada klien baru, kamu tau kita harus bekerja se-ekstra mungkin. Kamu
boleh lah menawarkan produk kemereka, tapi jumlahnya toh jangan banyak-banyak..
kan kasihan sama operator produksinya.”
“loh
kok gitu? Kalau perusahaan mau maju ya harus kerja ekstra. Kalau semisal Cuma menawarkan
barang sekali terus approved and closed. Ya kita akan terus cari klien. Apalagi
sekarang perusahaan seperti kita banyak sekali berkembang. Kalau memang
operator produksi masih kurang ya tinggal rekrut kan?”
“kamu
pikir rekrut orang itu gampang?”
“ibu
pikir, nawarin produk ke klien itu gampang?”
“gampang.
Toh buktinya kamu lulusan SMA aja sudah bisa ng-closed.”
“coba
aja sendiri bu. Kalau memang bagian HRD tidak bisa merekrut orang dengan baik. saya
bisa gantikan.”
“loh?
Kamu siapa? Kamu tuh cuma anak baru disini. Umur masih 18 tahun. Lulusan Cuma SMA
doang aja belagu.”
“bu.
Ini bukan masalah sekolah dan umur ya!”
“kamu
tuh ngomong udah kaya pemilik perusahaan ya tar?”
“oke..
saya minta maaf bu. Saya juga minta maaf karena sudah closed banyak produk. Dan
telah menjalin relasi”
“keluar
dari ruangan saya sekarang”
“baik
bu”
Aku
keluar dari ruangan ibu rizki dengan emosi tingkat tinggi. Tuh orang pikirannya
kok gitu-gitu doang. Kok bisa ya si papa ngangkat dia jadi manager? Penampilannya
udah kaya ondel-ondel, make up sana make up sini. Iiihh.. bikin ilfeel.
“heh
tara!”
“apa
lagi?!”
“kamu
ngebentak saya?”
“oh
maaf bu. Saya kira siapa”
“kenapa
tadi kamu ngeliatin saya pake mata sinis begitu?”
“kapan?”
“tadi
pas kamu mau masuk ke ruangan bu rizki”
“orang
saya nggak ngeliatin”
“heh.
Kamu orang baru kan? Lulusan SMA pula udah jadi supervisor. Kamu pake apa buat ngrayu
pak soni untuk naik jabatan?”
“kalo
ngomong jangan asal ya bu”
Aku
meninggalkan nenek sihir kedua tanpa respon. Aku ingin sekali mencabik-cabik
tubuhnya dengan gunting. aku meneruskan melihat perkembangan perusahaan papa. Dan
aku ingat hari ini aku harus menemani anak-anakku (anak-anak sales) untuk
bertemu dengan klien. Aku akan mengclosed banyak produk. Liat aja nanti!
===========è
David datang ke Perusahaan!
Aku
tercengang melihat adikku berdiri tepat dihadapanku. Dia tersenyum lebar
kepadaku tapi aku hanya terdiam. Papa memperkenalkan david kepada karyawan.
“ini
anak saya. namanya david gunawan.”
“selamat
siang” kata david tak luput dengan senyuman mautnya.
Aku
memandangnya sinis. Anak ini benar-benar akan berebut posisi denganku? Sebenarnya
aku juga tidak tertarik dengan perusahaan papa. Bahkan aku ingin membuka
perusahaan baru. Tapi setelah aku ikut andil, ternyata benar kata papa. Banyak yang
harus diperbaiki. Terutama bagian marketing.
Aku
melihat si nenek sihir kedua terus melihat ke arah david. Dia seperti manusia
songong yang jatuh hati dengan pangeran dari negri sebrang. Amit-amit kalo
sampe dia beneran naksir sama david. Sampe sepuluh turunan aku tidak akan memberi
restu kalau seandainya mereka saling jatuh cinta. Aah.. apa yang aku pikirkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar