Shut Up!
Chapter 2
===============è
Hari Pertama Kerja
Ternyata
aku ditempatkan menjadi sales. Sales loh ya? Aku tekankan lagi. SALES. Bukan
marketing tapi SA-LES. Ini orang kemarin bilang aku pinter ini, pinter itu,
tapi ternyata aku ditempatin dibagian sales. Ebuset daaah.
“tara,
kamu anggota baru tim kita ya, kenalin saya doni. Pak doni”
“iya
pak”
“dan
ini asisten saya Daniel. Ini sasa, lia, adnan, bambang sama lidya”
“saya
tara.”
Demi
apapun, didalam perjalanan aku mengutuk diriku sendiri. apa bagusnya kerja jadi
sales? Omegat! Kenapa nggak langsung jadi manager atau supervisor??
“jadi gini
tara, sales itu kan ber-tim dan kamu masuk ke-tim kita. Diperusahaan ini ada
empat tim sales. Kamu termasuk beruntung karena ikut ke tim kita. Kita itu
kerjasama, bareng-bareng, saling membantu. Banyak tim diluar sana yang sering
ribut”
“ribut?
Maksudnya gimana pak?”
“iya,
mereka sering adu argument, terus terkadang supervisornya nggak mau nglerai.
Oya ini barang-barang kita yang akan kita tawarkan ke beberapa perusahaan. Soal
ditolak itu biasa ya tara, jadi nanti jangan kaget. Kamu harus pinter ngomong,
nggak usah takut.”
“iya
pak”
“nanti
biar saya kasih tau kamu dulu gimana cara promosinya, baru nanti kamu belajar
promosi sama perusahaan yang lain, tapi kalo kamu masih takut, perusahaan
ketiga juga nggak apa-apa. Kemarin lidya juga nggak berani ngomong hari
pertama. Saya maklumin lah, kalian lulusan SMA. Masih labil.”
“saya
coba diperusahaan kedua saja pak”
“baguslah.
Kamu berani. Nanti saya kasih kamu contoh ya. Lima belas menit lagi kita sampai
diperusahaan yang pertama.”
“pak,
saya mau tanya, kenapa perusahaan kita masih perlu promosi begini kemereka
secara langsung? Kenapa nggak lewat online? Bukannya lebih hemat waktu, kalo
begini kan habis waktunya dijalan, sudah begitu kita kan masih punya banyak
kerjaan yang harus kita kerjain dikantor, bukan Cuma muter-muter begini?”
“hm..
tara, yang punya banyak pekerjaan dikantor itu bukan sales tapi para office
staf. Mereka yang separuh harinya selalu harus ada dikantor buat kerja. Buat sales
kaya kita ya memang kerjanya harus selalu keliling, untuk masalah buang waktu..
kita sudah tau lah kalau Jakarta memang biangnya kota macet, wajar saja kalo
begini. Dan untuk promosi lewat online, beberapa bulan yang lalu kita sudah
mencobanya, tetapi mereka lebih suka untuk didatangi secara langsung, bukan
lewat online”
“apa
semua perusahaan yang kita datangi memang meminta kita untuk datang?”
“enggak
tara”
“terus
kenapa sistem online itu tidak dijalankan saja? Kalau lewat online kan, bisa
saja ada perusahaan yang mau bertemu kita langsung untuk memesan, kita kan bisa
kesana dengan membawa beberapa brosur”
“bener
juga ya kata kamu..”
“iya
pak”
“ah
entahlah.. kamu bisa langsung ungkapin ide ini di bagian marketing ya..”
“apa
bedanya sales sama marketing?”
“diperusahaan
kita memang ada sedikit level sama marketing, kita sales promosi hanya
memperkenalkan barang dari perusahaan kita, kalau ada yang cocok baru deh
marketing turun tangan, mereka yang akan memperjelas produk perusahaan dan akan
memberikan harga”
“oh..”
“iya.
Sekarang sudah sampai, siap-siap ya”
Aku
memikirkan banyak hal tentang perusahaan papa sekarang. Rasanya aku akan senang
berada ditengah-tengah karyawan yang seperti ini. Mereka sama sekali tidak
memandangku seperti orang baru, walaupun pak doni memperlakukan aku seperti aku
tidak tahu apa-apa.
Aku
melihat cara dan bagaimana pak doni berpromo kepada mereka dan akhirnya mereka
memesan 100 proyektor untuk perusahaan mereka yang sudah mempunyai beberapa
cabang. Aku melihat bagaimana dia bertutur kata, rangkaian kata yang sangat
bagus dan menarik. Apalagi senyumannya yang tidak pernah ia lupakan, dia
berbicara kepada klien dengan penuh perhatian. Sikap dan tatapan matanya pas. Siapapun
pasti akan terpukau dan merasa sangat di sanjung dengan omongan pak doni yang
seperti itu. Sekarang aku sudah tau apa yang akan aku lakukan di promosi kedua
setelah ini.
Aku
sudah tidak sabar ingin mencoba promosi pertamaku didepan klien. Aku merapikan
kemejaku dan aku sudah menghafal semua produk papa. Dengan detail-detailnya. Sistem
penghafalan seperti ini, sudah sering aku dapat saat aku mengambil kuliah
diswiss.
“selamat
siang, dengan bapak Adrian? Saya tara trika dari UNO company. Gimana kabarnya
pak?”
“oya
tara. Kabar saya baik. saya tidak punya waktu banyak, jadi sekarang kamu mau
menawarkan apa sama saya?”
“iya
pak, terima kasih ya pak sudah mau menyediakan waktu untuk saya. saya tidak
akan menawarkan produk apapun, tapi saya mengajak bapak bekerja sama dengan
perusahaan kami. Kami tau bahwa perusahaan bapak adalah perusahaan yang sangat
membutuhkan alat-alat elektronik, terutama cctv untuk memonitor ATM. Perusahaan
kami bisa menyediakan cctv bahkan sekaligus PC untuk memonitor.”
“apa
keuntungan saya kalau saya mau bergabung dengan perusahaan kalian?”
“banyak
pak. Yang pertama untuk kualitas barang, kami jamin barang kita asli orisinil. Kedua,
kami siap menerima pesanan perusahaan kapanpun, untuk pemasangan lebih dari 100
akan kami discount, jika ada kerusakan sebelum garansi berakhir kami bisa
memperbaikinya jika memang itu adalah kerusakan pada produk kita.”
“oya?
Terus apalagi? Untuk transportasinya gimana?”
“untuk
transportasi ditanggung 50-50 pak. Jadi sama-sama mengeluarkan uang untuk
bagian yang ini.”
“cabang
saya ada yang diluar Jakarta. Apa bisa juga dikirim?”
“bisa
pak. Untuk diluar Jakarta, kita bisa jangkau. Balikpapan, pekanbaru, samarinda,
Kalimantan, bahkan Lombok”
“denpasar?”
“tentu
bisa”
“oke.
Saya sedang proses cabang baru didenpasar. Sepertinya saya menerima kerja sama
ini. Saya membutuhkan kurang lebih 500 cctv dan 300 PC. Apakah bisa diproses
untuk tiga bulan kedepan?”
“bisa
pak.”
“oke,
deal. Siapa nama kamu tadi?”
“tara
pak. Tara trika.”
Aku
berjalan dengan senyuman yang mengembang. Pak doni sampai melongo melihatku
bisa lancar sebegitunya. Bahkan bambang yang sedari tadi sibuk mengeluh ngantuk
sampai melotot setelah melihatku berpromosi. Bahkan sampai aku dan mereka
sedang dalam perjalanan untuk promosi ketiga, semuanya masih terdiam.
“ehm”
“kamu
kok bisa ngomong kaya tadi sih tar?” tanya lidya sambil melihatku heran
“ini
pesanan terbesar pertama loh tar”
“iya
tar.. kamu kok bisa gitu?” tambah adnan
Aku
hanya tersenyum ringan. Pak doni langsung menelpon orang marketing untuk bisa
bertemu dengan klien yang baru saja aku closed. Bahkan mereka tidak percaya ada
pesanan sebanyak itu. Berita ini langsung menyebar ke manager utama marketing,
Ibu rizki.
================è
Seminggu kerja naik level ke supervisor sales
Malam
ini mama pulang, dan sengaja aku telfon papa agar pulang kerumah dengan cepat. Tak
lupa Daniel yang kerjaannya Cuma ngelukis dan ngegalau di villanya. Aku menyuruh
bu rodiyah menyiapkan makan malam yang agak special.
“jadi
kita sedang makan malam bersama sekarang tar?”
“menurut
kamu apalagi vid?”
“kalian
nggak bisa ya kalo nggak ribut sehari aja?” kata mama
“mah,
aku kan di swiss tiga tahun. Selama ini aku nggak pernah berantem sama david.”
“apaan
kamu tar, sekali diledek langsung nangis” kata david
“hih..”cibirku
dengan tatapan mata jutek
“jadi,
ada yang udah naik pangkat sekarang?” tanya mama
“hah,
apaan ma, dia naik pangkat pasti karena ngomong dia anak papa. Iya kan tar?”
“enak
aja! Aku nggak pernah ngomong sama siapapun kalo aku ini anak papa!”
“buktinya,
baru seminggu kamu kerja, masa kamu udah jadi supervisor?” pojok david
“aku
tuh habis closed proyek besar-besaran. Dan ini bukan hanya buat tahun ini
doang, tapi akan terus berlanjut karena aku bukan nawarin produk, tapi nawarin
kerja sama. Hehehe. Keren kan pa?”
“waah..
anak mama, pinter banget ya..”
“halah,
gitu doang david juga bisa”
“buktiin
dong, kalo bisa?” tantangku
“oke.
Pap? Boleh nggak david ikutan kerja diperusahaan papa?”
“nggak
usah lah vid..” kata papa sambil tersenyum
“tuh
liat. Papa aja sampe nggak mau kamu ikutan andil sama kerjaan papa. Kamu kan
bisanya cuma ngegambar doang, weee”
“songong
banget ni anak. Awas aja besok aku bakalan kerja di sana juga. Bukan sebagai
karyawan baru. Tapi sebagai pemagang dan pake nama papa”
“david?
Siapa bilang papa setuju. Hah?” kata papa
“hehehe..
david becanda pa. lagian david juga nggak mau perusahaan papa yang itu. Ribet. Musti
buat produk, kirim produk, inilah itulah”
“kamu
belajar aja yang rajin, kelarin kuliah kamu vid. Jangan galau terus” kata mama
“apaan
sih ma” kata david
“masa
kemaren david abis diputusin sama pacarnya pa? papa tau nggak pacarnya david
udah umur 25 tahun. Liat tuh pa, david kan masih bayi.” Kataku
“bener
vid?” tanya papa
“enggak
pa. orang david sama lisa cuma temenan doang”
“oooohh
nama tante itu lisa,.. secantik apa sih dia sampe adik tersayang aku jatuh
hati..”