'Ardian! aku sudah muak dengan keadaan ini, semua temanku bilang kau selalu membawa alindia kemanapun kamu pergi.'
Alen bergegas pergi, sedangkan ardian masih melihatnya dengan tatapan kosong, langit seakan mendung melihat tingkah mereka, suara kukila kini terdiam. sepi.
sudah hampir lima tahun aku dan ardian bersama, tapi untuk apa semua ini dilanjutkan? sedangkan ia selalu bermain-main dengan api, dan itu menyakitiku, menyakiti hubungan aku dan dia. ini dimulai pada saat kita bertemu di salah satu kedai kopi ternama (starbuck). aku melihatnya berdua dengan andrea, temannya temanku.
pertama kali aku melihat ardian, perasaanku sudah di aduk. seakan ada gerombolan aliran darah yang menyandung dan mengalir begitu saja di setiap denyut nadiku. entah, memang aku merasakan cinta yang katanya pandangan pertama penyebabnya.
aku mulai bermain-main dengan perasaanku itu mendalam dan lebih mendalam, dan indahnya lagi ardian tengah merasakan hal yang mungkin sama denganku, yah jatuh cinta.
aku tahu, ini mungkin hal yang memang tidak wajar bagi kaum awam, tapi entahlah aku dan ardian seakan menyukai dan menikmatinya.
awalnya aku dan ardian saling bertemu, dan hal hal lucu menghampiriku dengannya. sungguh, tidak bisa aku gambarkan betapa bahagianya aku, dan mungkin juga ardian. aku mulai mengenal keluarganya, ardian mempunyai keluarga yang sangat ramah. dia punya dua kakak perempuan yang cantik dan dewasa, sedang ardian adalah anak terakhir. keluargaku? aku hidup sendiri setelah kejadian itu, kejadian dimana kedua orang tuaku ikut dalam perjalanan ke dubai bersama keluarga besarku lalu mereka mengalami kecelakaan yang entah akhirnya aku sendiri. hidupku risuh, penuh dengan pekerjaan. restoran, motel dan beberapa toko elektronik kini harus ku tangani sendiri.
tapi karena ada ardian, hidupku yang tadinya kosong sekosong entah apa namanya itu kini berubah menjadi lebih bermakna. dia hadir dan selalu menyemangatiku seperti angin yang selalu membuat panas menjadi sedikit lapang.
'alen! aku tidak bermaksud menyakitimu, tapi tolong lihatlah ibuku, betapa ia menangis seperti kemarin sore, aku hanya tidak tega melihatnya! aku sayang padanya, tolong mengerti aku sekali ini saja'
'sekali ini saja? ardian, aku sama sekali tidak tau apa yang ada dipikiranmu, tapi sungguh jika memang alasannya adalah beliau, silahkan pergi tanpaku. aku tidak bisa'
'aku mohon,maaf aku karena aku lebih memilih mereka, hatiku sakit. aku tidak bisa tanpamu, sedangkan kini yang aku punya hanya ibu. apa yang harus aku lakukan? menceritakan kembali kisah suci kita di depan beliau??'
'tidak. cukup ardian, itu membuatku semakin sesak. aku melepaskanmu sekarang, jangan kembali lagi!'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar