Proses terjadinya hujan bisa dijelaskan
secara sederhana. Bumi memiliki daratan dan perairan. Karena panas
matahari, seluruh permukaan perairan itu entah sungai, danau, laut
akan menguap ke udara. Uap air itu menyatu dengan udara bergerak naik
terus ke atas. Jika suhu udara semakin dingin, uap air itu melakukan
kondensasi atau pengembunan. Hasilnya akan terbentuk butiran kecil .
Butiran air itu jumlahnya akan semakin banyak kemudian berkumpul
membentuk awan. Jika awan berwarna gelap atau kelabu berarti butiran
airnya sudah terkumpul dalam jumlah banyak. Dan jika sudah terlalu
berat atau sangat dingin, maka butiran-butiran tersebut akan jatuh ke
bumi.
Awan terdiri dari berbagai jenis. Terdapat 3 lapisan yang ada diudara.
- Lapisan paling atas adalah tempat Sirus yang bentuknya serabut halus berwarna putih. Awan ini membentuk kristal es di langit. Jika awannya sudah terbentuk maka biasanya turun hujan.
- Cumulus menempati lapisan kedua. Bentuknya biasanya gumpalan putih lembut. Berarti tanda kalau cuaca akan panas serta kering. Tetapi bisa pula muncul warna hitam dimana menandakan akan turun hujan disertai angin, petir juga guruh.
- Stratus menempati lapisan ketiga atau berada rendah di langit. Jadi, letaknya dekat dengan permukaan bumi. Jika awan stratus berubah warna menjadi abu-abu pertanda awan ini sudah mengandung butiran hujan.
Berdasarkan proses terjadinya, hujan
dibedakan menjadi beberapa jenis. Hujan pegunungan atau orografis
terjadi karena angin dari laut yang membawa uap naik ke lereng
pegunungan. Di puncak kemudian terjadi pengembunan karena keadaan udara
di sana lebih dingin. Saat di lereng sebelahnya berhembus angin, maka
turunlah air di bagian itu. Di lereng sebelah pembawa angin malah
terjadi angin kering dan tidak mendapatkan curahan air. Maka daerah ini
disebut daerah bayangan hujan.
Daerah khatulistiwa dimana suhunya lebih
tinggi menyebabkan banyak terjadinya penguapan. Dengan demikian awan
yang terbentuk pun menjadi banyak. Semakin dingin, semakin cepat terjadi
proses pengembunan sehingga kemudian turun hujan. Itulah hujan zenithal
yang banyak terjadi di daerah khatulistiwa.
Proses hujan frontal terjadi secara unik.
Terjadinya karena pertemuan massa udara panas dan massa udara dingin.
Setelah bertemu, massa udara lebih panas dipaksa naik di atas massa
udara lebih dingin. Batas antara massa udara panas dan massa udara
dingin itulah disebut front. Pertemuan tersebut menjadikan
pendinginan secara mendadak. Maka selanjutnya timbullah kondensasi
kemudian berakhir dengan turunnya air ke bumi.
Proses hujan buatan merupakan salah satu
kemajuan teknologi. Caranya cukup sederhana. Ke dalam awan yang
merupakan kumpulan titik-titik uap air ditaburkan bahan perangsang untuk
mempercepat pembentukan hablur. Bahan yang lazim dipakai adalah
argentum iodida atau perak yodida, karbon dioksida dan bahan pendingin
seperti es kering. Bahan-bahan itu berguna sebagai inti kondensasi dan
mengikat uap menjadi butir-butir air. Proses menyiram bumi seperti ini
dilakukan jika musim kemarau panjang atau jika terjadi kebakaran hutan
dalam areal luas.
Jika di Indonesia kita hanya mengenal musim
penghujan dan musim kemarau, maka di negara lain dengan empat musim,
mereka mengalami turun salju berbagai jenis. Ada yang berbentuk batu
es (hail), salju, kabut tipis (mist) dan kabut tebal (fog). Salju
sendiri merupakan keadaan yang banyak dinanti orang. Mungkin karena
bentuknya putih menyerupai es dan sifatnya tidak mudah meleleh pada
suhu tertentu, menjadikan salju menjadi sesuatu sangat istimewa di
negara empat musim itu.
Adapun proses terjadinya salju bisa
dijelaskan seperti ini. Dalam atmosfir bumi itu tersimpan berjuta-juta
ton kelembaban. Tak terkecuali di daerah paling kering sekalipun
seperti gurun pasir. Setidaknya, masih tersisa 0,1 persen uap air.
Bahkan gurun Wai ale-ale di Hawai mendapatkan 350 hari hujan per
tahunnya. Uap air tersebut mampu mencapai lapisan awan paling tinggi.
Bila sangat dingin,misalnya pada suhu di bawah 0 derajat celcius, maka
awannya akan mengandung kristal-kristal es dengan butiran mengandung uap
air. Setelah jumlah kristal es mencukupi, maka uap tersebut membeku
membentuk es. Begitupun butiran-butiran air ikut membeku. Lalu jatuh
dari awan berbentuk salju. Tetapi ada yang menjadi hujan karena meleleh
dalam perjalanannya mencapai bumi. Jadi, salju akan terbentuk kalau
butiran air sangat dingin itu membeku dan membentuk kristal .
Bentuk salju ternyata berbeda-beda. Ada
berbentuk bola salju lembut berwarna putih namun cepat rapuh dan mudah
pecah. Ada pula yang runcing seperti kerucut. Tetapi diameternya sangat
kecil yakni 0,08 mm sampai 5 mm. Ada juga bentuk bola-bola es sangat
transfaran namun keras, jernih dan tembus cahaya. Tetapi sering menjadi
tetesan beku.
Mist serta fog terjadi kalau air yang
mengantung di awan tidak mengalami proses apapun. Paling berbahaya itu
hujan batu es. Walaupun hanya terjadi sekitar 10 menit tetapi badai ini
menyebabkan kerusakan terhadap pintu dan jendela bahkan pada tanaman
siap panen.
Demikian, semoga bermanfaat.
Sumber gambar : Morguefile
Sumber : Google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar